Hukuman datang dari Allah bagi orang yang tidak mau beriman. Di tengah cuaca yang panas, hujan badai datang dengan cepat, banjir besar menghancurkan dan menenggelamkan semua yang ada.
Setelah badai berhenti, Nabi Nuh dan para pengikutnya membangun sebuah pemukiman. Nabi Nuh terus berjuang untuk berdakwah hingga usia 950 tahun. Kisah ini diambil dari surah Al-Ankabut ayat 14 dan 15.
Berdakwah membutuhkan kesabaran dan keteguhan hati.
Dari kisah di atas, kita dapat belajar dari Nabi Nuh bahwasannya dalam berdakwah, kita harus mempunyai rasa sabar dan hati yang kuat. Bayangkan saja, beliau telah berdakwah beratus-ratus tahun, menyampaikan kebenaran, namun hanya sedikit orang yang mau percaya. Apakah ia menyerah?
Tidak, ia sama sekali tidak menyerah. Ia tetap berdakwah hingga akhir hayatnya.
Nah, bagaimana dengan kita?
Keika teman melakukan kesalahan, ataupun kita melihat suatu kemungkaran, dan melihat manusia terjebak dalam kesesatan. Kita seringkali langsung pesimis, merasa bahwa mereka tidak bisa berubah, dan takut ketika ingin berdakwah kepada mereka. Kita takut kehilangan teman dan takut dakwah kita ditolak begitu saja.
Makna dakwah sendiri adalah menyampaikan kebenaran. Misalnya, temanmu sedang bergunjing membicarakan keburukan orang, lalu kamu mengingatkannya bahwa bergunjing termasuk perbuatan yang buruk. Maka kamu telah berdakwah kepada temanmu sendiri.
Ketahuilah, teman. Hakikat dari dakwah bukanlah untuk menyenangkan semua orang. Ketika kita berdakwah, tujuan kita bukanlah ingin jadi pusat perhatian atau didengar oleh semua. Tujuan kita adalah untuk menyebarkan kebenaran.Â
Seringkali kita melihat ada orang yang berdakwah dengan paksaan. Ketika ada orang yang menolaknya, ia langsung menuduhnya kafir. Ia langsung menyalahkan orang tersebut, menganggapnya sebagai ahli neraka.
Padahal, dakwah tak butuh penerimaan. Ketika Allah menyuruh kita untuk berdakwah, kita hanya disuruh untuk menyampaikan, bukan memaksakan. Allah berfirman pada surat Al Baqarah ayat 256,Â
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat." (QS. Al Baqarah: 256).
Kenapa nabi Nuh bisa sekuat itu? Mengapa ia tidak kesal karena dakwahnya ditolak?