Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Belajar dari Ramadan Tahun Lalu, Pandemi Tak Boleh Menjadi Alasan untuk Malas Beribadah

14 April 2021   07:07 Diperbarui: 14 April 2021   07:13 2546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibadah Sholat, sumber : humanresourcesonline.net

Bulan Ramadan telah tiba! Bulan yang dinanti-nanti oleh umat Islam karena ada banyak kemuliaan di dalamnya. Sesuai dengan hasil sidang isbat yang telah dilakukan oleh pemerintah dan MUI, Pemerintah menetapkan bahwa 1 Ramadan 1442 Hijriah yang menjadi penanda awal ibadah puasa jatuh pada Selasa, 13 April 2021. 

Sungguh, ini merupakan kabar yang menggembirakan bagi umat muslim sedunia. Antusiasme orang terhadap ibadah semakin meningkat. Namun sayang, pandemi masih belum menghilang. Jadilah puasa tahun ini tak bisa bebas keluar atau ngabuburit bareng teman.

Eits, tapi tenang kawan! Karena pandemi, bukan berarti keutamaan dan keseruan di bulan Ramadhan menjadi hilang begitu saja. Banyak hal atau amalan yang dapat dilakukan walau hanya di dalam rumah.

Mari kita flashback sejenak ke Ramadhan tahun lalu. Bagaimana kita menyikapi suasana Ramadhan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Ramadan saat pandemi. Dimana kita tak bisa tarawih bersama di masjid, tak bisa buka puasa bersama teman, tak bisa jalan-jalan sambil ngabuburit menunggu berbuka. Bagaimana kita harus menghadapi Ramadhan dalam kesendirian.

Saya sendiri merasakan, bagaimana turunnya semangat ibadah saya ketika ada pandemi di Ramadhan tahun lalu. Suasana yang terasa berbeda, sepi, dan tak lagi semenyenangkan tahun-tahun sebelumnya.

Hal itu juga dirasakan oleh para perantau yang tak bisa pulang ke kampung halamannya, bagaimana ia harus menahan rasa rindu yang begitu besar kepada keluarganya. Hanya bisa bersapa lewat video call, menatap wajah orang-tua dari layar telepon.

Lantas, apakah kita tetap mau sama seperti tahun lalu? Tetap berada dalam kesedihan dan semangat ibadah yang menurun?

Jangan, jangan menyerah kawan! Mari kita belajar dari tahun lalu, bahwa sebenarnya ada banyak hal yang bisa kita lakukan dikala berpuasa di masa pandemi. Jangan sampai, kesalahan di tahun lalu terulang kembali di tahun ini. Mari sejenak luangkan waktu untuk berpikir, "Mau seperti apa Ramadhan tahun ini?"

Sholat Tarawih dengan jaga jarak di masjidil haram, sumber : liputan6.com
Sholat Tarawih dengan jaga jarak di masjidil haram, sumber : liputan6.com
Dari Ramadhan tahun lalu, kita bisa belajar bahwa pentingnya memaksimalkan ibadah selagi punya kesempatan. Mungkin tahun lalu tarawih tak dibolehkan di dalam masjid. Karena sekarang sudah diperbolehkan, maka maksimalkanlah. Jangan sampai kita menunda dan menyia-nyiakan kesempaan yang sudah ada.

Sebelum melakukan sholat tarawih di masjid, jangan lupa untuk cuci tangan dengan sabun, jaga jarak, dan tetap menjalankan protokol kesehatan. Kalau kamu masih tetap ngeyel tidak mau mematuhi protokol kesehatan, ya beribadahlah di dalam rumah. Jangan sampai karena ego-mu yang tinggi, membuat ibadah orang di sekitarmu menjadi terganggu.

Salah satu hal yang saya sadari dari Ramadan di masa pandemi adalah ternyata keluar untuk ngabuburit bareng teman itu tidak penting-penting amat. Banyak kegiatan yang lebih positif dalam mengisi waktu berbuka, seperti mengkhatamkan Al-Qur'an, belajar mengaji, ataupun menonton ceramah agama. 

Selain itu, kita juga dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga. Jika di tahun-tahun sebelumnya kita lebih banyak menghabiskan waktu di luar, di Ramadhan tahun ini, kita bisa menghabiskan waktu untuk lebih dekat dengan keluarga. Seperti belajar memasak bersama Ibu, sholat tarawih bersama di dalam rumah, juga bisa membuat "Challenge" khusus di kala Ramadhan.

Lantas, bagaimana dengan nasib para perantau? Bagaimana bisa mereka menyambut bulan Ramadhan dengan kesendirian?

Ilustrasi perantau, sumber : medium.com/Tribun Pontianak
Ilustrasi perantau, sumber : medium.com/Tribun Pontianak
Pasti akan menjadi hal yang menyedihkan ketika Ramadhan tahun ini kita jauh dari keluarga. Namun, berlarut-larut dalam kesedihan juga tak baik. Belajar dari Ramadhan tahun lalu, jika kamu tetap berusaha untuk mudik, hal itu dapat membahayakan keluarga. Bagaimana jika kamu termasuk OTG (Orang Tanpa Gejala)? 

Mari kita ambil satu contoh dampak jika kamu tetap keras kepala ingin mudik ke kampung halaman.

Dilansir republika.co.id pada 18 Mei 2020, dalam dua pekan terakhir, 90 persen penambahan kasus positif Covid-19 di Riau merupakan kasus penularan dari luar daerah (imported case). Ini disebabkan warga asal Riau yang pulang kampung dari daerah terjangkit dan akhirnya membuat klaster penularan baru di Riau.

Jadi, daripada membahayakan keluarga di kampung halaman, tak perlu mudik dulu tahun ini. Jika rindu, sering-seringlah menghubungi orang-tua walau hanya lewat video call. 

Para perantau juga bisa memaksimalkan kesendirian mereka dengan menghabiskan waktu untuk beribadah dan menambah ilmu. Tahukah kamu? bahwa beribadah ketika sendiri terutama ibadah sunnah lebih utama dan lebih aman dari sifat riya. Sebagaimana sabda nabi dalam hadistnya :

Dari Zaid bin Tsabit, Rasulullah SAW mengatakan, "Sebaik-baiknya sholat adalah yang dilakukan di rumah, kecuali untuk yang wajib." (HR Tirmidzi)

Ilustrasi Belajar Dari Rumah (DOK. FATIH SCHOOL ACEH)
Ilustrasi Belajar Dari Rumah (DOK. FATIH SCHOOL ACEH)
Selain itu, bagi para pelajar terutama yang berada di jenjang akhir, seperti siswa kelas 6,9, dan 12. Mereka bisa belajar dengan lebih fokus walau ujian dilaksanakan di tengah bulan puasa. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kini siswa tak perlu lelah untuk pergi ke sekolah ketika puasa, karena ujian dilaksanakan secara online.

Intinya, apapun kondisinya, selalu ada cara untuk memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Pandemi tak boleh jadi alasan untuk bermalas-malasan. Justru, pandemi menjadi tantangan baru, bagaimana kita tetap bisa bersemangat ibadah walau di kondisi yang seperti ini.

Sesekali bersedih itu wajar, namun jangan pernah berlarut-larut dalam kesedihan. Selalu ada hikmah dibalik musibah, hal itu mungkin sering kita dengar dari guru-guru kita. 

Tetap semangat beribadah, maksimalkan, dan jangan lupa untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Jadikan Ramadhan tahun lalu sebagai pelajaran agar kita bisa lebih baik lagi di Ramadhan tahun ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun