Mohon tunggu...
Sosbud

Bali Utara yang Masih "Tenggelam"

15 Desember 2015   17:38 Diperbarui: 15 Desember 2015   18:29 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulau Bali, pulau yang memiliki luas  5.632,86 km2 dan penduduk berjumlah  hanya sekitar 3,4 juta jiwa mungkin memang tidak termasuk pulau yang besar di Indonesia, tetapi Bali merupakan salah satu primadona wisata yang terkenal di Indonesia bahkan hingga mancanegara. Menteri Pariwisata Arief Yahya, mengakuinya bahwa Bali adalah destinasi utama Indonesia, jutaan turis mancanegara telah menyambangi tempat itu. "Bali adalah produk pariwisata Indonesia, kita harus menjadikan Bali sebagai destinasi utama," Walaupun Bali bukan termasuk provinsi yang besar, tetapi pertumbuhan ekonomi di Bali dapat dibilang cukup tinggi.

Ini terbukti bagaimana Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali mencapai 6,2 persen atau melampaui capaian pertumbuhan ekonomi secara nasional di periode sama yang sebesar 4,71 persen. Salah satu faktor yang membuat Bali mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah karena sektor pariwisatanya, dapat dilihat dari total PDRB Provinsi Bali sejumlah 94 555.77 Miliar rupiah dimana sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbang 28 259.74 miliar atau sekitar 29,89% dari total PDRB seluruhnya.

Akan tetapi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik tersebut bukan berarti Bali bebas dari masalah, ada beberapa fakta miris yang terdapat di pulau yang sering disebut dengan Pulau seribu pura ini. Salah satunya adalah kurang meratanya pertumbuhan ekonomi di beberapa bagian di Pulau Dewata ini.salah satunya adalah di bagian utara dan di bagian timur. Dapat dilihat bahwa perbandingan pertumbuhan ekonomi di Bali bagian utara maupun selatan sangatlah timpang. Padatnya investasi di wilayah Bali selatan sungguh bertolak belakang dengan keadaan di Bali utara. Sebagai contohnya, daerah Buleleng yang merupakan daerah terluas dengan luas 1.365,88 km2 dengan jumlah penduduk 638,3 ribu jiwa yang merupakan jumlah penduduk terpadat di Bali. Namun pada nyatanya pertumbuhan ekonomi di daerah Buleleng ini masih kalah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di Gianyar, Denpasar bahkan Badung yang hanya memiliki luas wilayah tidak sampai 450 ribu km2. Ini terbukti dengan jumlah PDRB di kabupaten Buleleng yang hanya sekitar 10 022.37 miliar yang jumlahnya masih kalah dengan Denpasar, bahkan jumlah tersebut belum mencapai setengah dari PDRB Badung yang bisa menyentuh angka 20 988.88 miliar .

Salah satu alasan mengapa ketimpangan antara utara dan selatan ini dapat terjadi salah satunya karena infrastruktur yang kurang baik, akses yang jauh dari pusat ibu kota Provinsi. Setidaknya untuk menuju Buleleng (satu-satunya kabupaten di utara), membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam, dengan melewati jalan yang berliku dan menanjak. Akibatnya, hal-hal yang ada di Buleleng, termasuk potensi wisatanya, kurang terekspos layaknya beberapa tempat wisata yang ada di Bali Selatan. Buleleng Barat adalah representasi pendapat ini. jalan-jalan rusak, tidak ada penerangan, dan sebagainya, menjadikan kawasan daerah ini sangat kontras dengan pembangunan infrastrukur di Bali Selatan.

Masalah lainnya yaitu kurangnya perhatian pemerintah terhadap potensi yang dimiliki oleh Kota Buleleng, Kawasan wisata Lovina, menjadi satu-satunya andalan pariwisata di Bali Utara. Banyak berdiri Hotel berbintang di kawasan ini, didukung dengan sarana infrastruktur yang layak dari pemerintah setempat, menjadikan kawasan Lovina menjadi tempat berlibur dengan setting tempat yang sunyi, tenang dan jauh dari hiruk pikuk kendaraan yang biasa menghiasi kawasan wisata di Bali Selatan. Aktivitas favorit para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini, menyaksikan Lumba-lumba pada pagi hari, sambil menyaksikan sunrise di ufuk timur.

Selain di Lovina, sebenarnya ada beberapa tempat wisata yang justru tak kalah menariknya dengan kawasan Lovina. Tempatnya berada di Buleleng Barat, yang berpusat di kawasan wisata Pemuteran. Lokasi kawasan ini berjarak kurang lebih 50 km arah barat kota Singaraja dan sekitar 30 km arah timur Gilimanuk. Di kawasan ini memiliki pantai yang tak terlalu panjang, namun sangat indah, ditambah pemandangan bukit berjejer ,terlihat sangat eksotis, bahkan hampir semua pengunjung yang datang ke pantai ini mengatakan lebih bagus dari pantai Lovina.Tidak hanya disitu, andalan di kawasan Pemuteran ini adalah pemandangan bawah lautnya.

Terumbu karangnya sangat terawat, sangat pas bagi wisatawan melakukan aktivitas snorkling di tempat ini. Dan bagi wisatawan yang ingin menyaksikan pemandangan bawah laut yang lebih dari laut Pemuteran, Pulau Menjangan adalah tempatnya. Pulau Menjangan berada di kawasan Taman Nasional Bali Barat. Terdapat dua pelabuhan untuk mencapai Pulau ini. pengunjung bisa melalui Labuhan Lalang yang berada di Teluk Terima desa Sumberkelampok, dan atau melalui penyeberangan di Desa Pejarakan, yang berjarak sekitar 7 km arah barat Pemuteran. Dari berbagai sumber, ternyata Pulau Menjangan ini merupakan tempat snorkling terbaik di Bali, dan terbaik urutan ke 5 di Indonesia. Ada beberapa tempat lain lagi yang sebenarnya keberadaannya kurang dimaksimalkan. Seperti Pantai Pulaki, Pemandian air panas Banyuwedang, Trecking di hutan Taman Nasional Bali Barat, dan wisata alam lainnya, salah satunya menyaksikan penakaran burung Jalak Bali yang terancam punah.

Masalah selanjutnya adalah kualitas SDM dari kabupaten Buleleng yang masih rendah, ini terbukti dari peringkat IPM kabupaten Buleleng yang masih menempati posisi ke-6 di Provinsi Bali, dimana posisi pertama masih dipegang oleh Kota Denpasar, salah satu penyebab mengapa tingkat IPM di kabupaten Buleleng masih rendah karena banyaknya penduduk Buleleng yang mengalami putus sekolah, menurut data BPS sekitar 369 murid dari jenjang SD, SMP hingga SMA mengalami putus sekolah. Masih minimnya penduduk berusia diatas 15 tahun di kabupaten Buleleng yang memiliki ijazah diploma bahkan s1 juga menjadi factor lainnya, tercatat tidak sampai 5% dari keseluruhan penduduk Buleleng memiliki Ijazah Diploma dan Sarjana. Bahkan persentase yang tidak memliki ijazah mencapai 20,98%. Bahkan untuk angka melek huruf, kabupaten Buleleng masih kalah dibanding Kabupaten Badung bahkan Kota Denpasar.

Solusi yang dapat diambil untuk pemerataan ekonomi bagi Buleleng adalah salah satunya pembuatan jalan bebas hambatan untuk mempermudah akses menuju kota ini. Dengan kemudahan akses ini diharapkan para investor dapat berinvestasi lebih untuk pengembangan ekonomi di Bali dan di Buleleng pada khususnya. Selain itu Pengembangan dan Publikasi kawasan wisata di Buleleng harus lebih ditingkatkan untuk menambah pengetahuan maupun minat dari wisatawan untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang ada di Buleleng.

Dan yang terakhir untuk pengembangan Indeks Pembangunan Masyarakat, Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah salah satunya peningkatan kuantitas sarana pendidikan, terutama sekolah dasar perlu ditingkatkan untuk mengurangi angka buta aksara yang cukup tinggi di Buleleng. Selain peningkatan kuantitas, peningkatan kualitas sarana pendidikan maupun kualitas pengajar juga sangat diperlukan guna menciptakan SDM yang lebih baik dan bisa bersaing yang diharapkan nanti mampu meningkatkan kualitas ekonomi dari kabupaten Buleleng itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun