Mampukah akhirnya si-puntung rokok membakar hutan kita? Kisah ini memang bukan sandiwara radio, namun episode kisahnya terus berulang saja setiap tahunnya di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Suharto, Kalimantan Timur. Ketika musim kemarau menyapa, sekira April hingga Oktober. Lihatlah, dengarkan dan rasakan kisah bencana kebakaran hutan akan menghantarkan kisah cerita yang nan-sedih.
Ah, masa iya, sepuntung rokok bisa mengundang bencana kebakaran hutan? Pertanyaan itu menggantung di kepala, ketika sepintas mendapati  rambu larangan  membuang putung rokok di sepanjang areal Tahura Bukit Suharto.
Hisapan demi hisapan rokok pengendara roda empat, disertai dentuman musik radio, melaju kencang, melintas cuek, mengacuhkan alam.
![Ilustrasi I www.pexel.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/06/23/pexels-photo-247040-594d41370c8f2d5c227617f2.jpeg?t=o&v=770)
Puntung-puntung rokok yang disengaja atau tidak, terpapar di lahan yang kering oleh pengendara kendaraan yang melintas, tanpa disadari berpotensi membakar habitat flora dan faunadi dalamnya, dalam waktu sekejap saja.
Fenomena mendasar diatas sengaja diingatkan di awal tulisan ini, untuk menjadi refleksi kepada diri kita masing-masing. Dan lantas kita bisa dapati, ternyata ada banyak hal kecil yang kita perbuat dan turut melukai hutan. Dan akhirnya memaklumkan alam untuk tega membalas semua perbuatan kita dengan dampak dari bencana yang timbul secara massive.
Sandiwara Nyata Itu Berjudul Kebakaran Hutan..
Kisah bencana kebakaran hutan, (Kahutla) di Kalimantan. Terutama di kawasan Tahura Suharto, Kaltim akan selalu menjadi berita hangat media cetak dan elektronik. Radio bisa menjadi media elektronik yang selalu tampil update menyebar apa yang diperbuat alam kepada manusia. Mendengar berita bencana kebakaran hutan, sebagian kita tanpa sadar nyinyir,dan enteng saja mengatakan "kemana saja Pemerintah selama ini ya?".
Tidak itu saja, penyakit Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang diderita masyarakat yang terpapar oleh sebaran asap-pun merajalela. Dinas Kesehatan Kalimantan Timur mengungkapkan penderita ISPA akibat bencana kabut asap di Kaltim mencapai 39.804 orang pada September hingga awal Oktober 2015.
Belum lagi biaya tinggi, dalam upaya memadamkan areal hutan yang terbakar. Lebih jauh dari itu, masalah tadi bukan lagi menjadi masalah Indonesia saja. Negara tetangga-pun merasakan getahnya, akibat paparan asap-nya itu.