....Mbiyen aku jek betah, suwe-suwe wegah, nurutin kekarepan sensoyo bubrah..
.....Mbiyen wes tak wanti-wanti, ojok ngasi lali, tapi kenyataaannya pergiii..'
Tega kali ya Kompasiana mengajak rendevous soal mantan, kan malah ambyar jadinya. Tapi saya sudah siapkan dua kalimat dalam lirik lagu Kartonyono medot janji, untuk memulai bercerita, membongkar cerita cintah di masa lalu.
Ya bercerita tentang siapa lagi, kalau bukan sang mantan-mantan kita. Namun jika masih kurang puas, resapin saja kepiluan lagunya deh, biar tamba ambyar sekalian dan biar memudahkan kita merangkaikannya dalam ceritamu sendiri nanti!
Video itu benar saya kok yang nyanyi, tapi pastilah ada alasan khusus mengapa saya nekad begitu, dan jangan kuatir, tentu saya akan membeberkannya sebentar, siapa tahu bisa dapat follower gratis kan?
Jujur saya tidak bakat nyanyi, kalau dianggep bagus itupun kebetulan dapet  feel-nya. Ya semuanya tadi tanpa disadari, datang dari semangat yang dibangkitkan oleh masa lalu jua, salah satunya kisah percintaan yang tiada bertepih --allaah--
Nah dalam kehidupan saat inipun, jujur saja, saya -atau kita- ada yang masih merasakan kehadiran bayang-bayang sang mantan --tapi jelas mantanku bukan kamu lho ya-
Ya lumayanlah, minimal kehadirannya bisa memberikan sumber kreatifitas positif, utamanya menggoreskan cerita-cerita tulisan baru fiksi/non-fiksi, kreasi lagu baru bahkan puisi cinta gitu.
Tema mantan kekasih tentu jadi seru kan? Itu baru satu mantan lho, dari konteks tadi jika kita punya lebih dari satu mantan, tak bisa dibayangkan, bisa saja akan banyak semangat energi positif yang terus berlimpah ruah kan mengalir di pikiran kita? --hiks- Kamu berposisi dimana? Punya satu atau banyak mantan? Rahasia ah, aib!
Jadi mantan itu emang salah?
Eit, memulai menceritakan sang mantan mungkin masih rasa Tabu? Karena istilah mantan pacar/istri/suami cenderung selalu saja memiliki derajat yang lebih rendah. Coba saja ketika kita disebut mantan, mau gak?