Waktunya tepat sekali jika kalian mau berlibur ke bumi etam, Kalimantan Timur. Karena berbarengan dengan datangnya musim durian, yang aromanya itu bisa membuat maniac 'belah-duren' kapan saja.
Mungkin musim durian yang panjang tahun ini akan membuat masyarakat Kaltim dan kalian yang kemari jadi terlena dan lupa akan hiruk pikuk perhelatan Pemilihan Gubernur Serentak 2018 yang bisa buat 'perpecahan'. Tapi tenang, gejolak politik Kaltim memang nyaris tak terdengar, iya  dari dulu hingga sekarang tetap aman lapan-anam.
Berada di sini, sambil menikmati buah durian, sekalian membuktikan jika tidak perlu ada lagi kokPilkada yang anarkis, yang pernah kita saksikan di layar TV beberapa waktu lalu, gegara isu-isu agama. Dan semoga kondisi Kaltim yang kodusif ini bisa menular pada penyelenggaraan Pilkada daerah lainnya
Namun ya gitu deh, semua momen pesta politik pasti memiliki hal menarik termasuk dinamika Pilgub Kaltim ini. Samalah seperti yang juga terjadi pada perhelatan Pilgub lainnya, namun beruntung Pilgub daerah lain lebih banyak menjadi pergunjingan nasional, terutama soal strategi politik yang digunakan masing masing calon.
Katakan saja, perhelatan Pilgub Jabar, Jateng , Jatim atau Sumut  yang katanya panas membara akan intrik strategi pemenangan, karena diisi oleh tokoh hebat. EhPilgub Kaltim juga punya sisi itu kok, yang juga layak menjadi bahan gunjingan positif di media juga, terutama sebagai pelajaran politiknya.
Jika dilihat-lihat Pilgub Kaltim itu seksi juga. Dimana baik mantan dan pejabat Kaltim yang masih aktive ikut bersaing. Dan pernah tokoh poliitk PDIP-P Djarot Saifullah juga berminat bertarung pada Pilgub Kaltim 2018, walau batal.
Coba kita liat, satu-satu kandidiatnya, ada mantan Walikota Bontang, Andi sofyan Hasdam yang berpasangan dengan Walikota Balikpapan Rizal Effendi. Lalu pasangan kedua ada Walikota Samarinda, Sjahari Jaang berpasangan dengan anggota DPR RI, Awang Ferdian Hidayat yang juga putra mahkota Gubernur Kaltim Awang Faruk. Dan pasangan ketiga ada Sekprov Kaltim Rusmadi Wongso dan mantan Kapolda Kaltim Safarudin.
Jika dilihat ketiga konfigurasi kandidat ini --sengaja atau tidak sengaja-- menggunakan perahu partai politik yang Pro-pemerintah Jokowi, pluspartai Demokrat yang masih netral di koalisi besar pemerintahan.
Di sisi lain, ada satu lagi pasangan yang terlupakan eh, yakni pasangan mantan bupati Kutai Timur Isran Noor yang berdampingan dengan Anggota DPR-RI PKS Hadi Mulyadi.
Nah melihat ke-empat kandidat calon pluswarna perahu politik yang digunakan, bisa jadi ceritanya  sebelas-duabelas dengan formasi yang dipakai kandidat perhelatan Pilgub Jabar-kan?
Artinya apa? Ada kesamaan tujuan politik yang lebih besar, dimana strategi poliitiknya adalah dari tiga pasangan Pro-pemerintah itu, bisa saja akan merelakan satu calon yang menang, asal bukan kubu oposan pemerintah. That's politic!