Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Membumikan Sandiwara Radio, Membumikan Sadar Bencana

5 Juli 2017   21:36 Diperbarui: 5 Juli 2017   22:18 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koentjaraningrat (1987), memasukkan orang Indonesia dalam kelompok tradisonal dan kelompok transfornasi. Bisa dimaknai jika mitigasibencana belum-lah menjadi prioraitas. Dalam hal itu, perlulah berjuta cara dalam membangun kesadaran bencana alam di masing-masing daerah.

Materi BNPB
Materi BNPB
Dengan kemudahan jangkauan radio yang hadir di tengah masyarakat kita, program siar berupa kisah-kisah legenda daerah setempat bisa dimunculkan kembali dalam rangka ikut memperkuat kesadaran kewaspadaaan dan mitigasi bencana. Karena sandiwara radio memainkan ruang imajinasi yang dapat mendidik pendengar secara lembut, untuk meneladaninya.

Coba kita tengok, Smog di Aceh, Tetue di Mentawai, lalu teknik pembangunan rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Joglo, Rumah panggung telah menjadi pelajaran berharga dalam menghadapi bencana alam tsunamidan gempa-bumi. Dimana cara tersebut, telah ditemukan oleh nenek moyang kita yang bisa saja luntur termakan zaman, jika tidak diperkenalkan kembali saat ini.

Materi BNPB
Materi BNPB
Dan kesemuanya menjadi pekerjaan rumah untuk terus mengimprovisasi dan mengkapitalisasikanmanfaat positivekekayaan kisah sejarah tadi, agar tetap mampu menjadi pegangan hidup hingga kapan-pun jua. Menarik pendapat Sastrawan Muriel Rukeyser, Improvisasi tadi bisa saja berupa karya seni kreativeberupa cerita-cerita yang disesuaikan dengan kejadian yang menjadi persoalan bangsa kita, diantaranya menaggapi berjuta ancaman bencana alam dalam bentuk sandiwara radio yang beredukasi sadar bencana. 

Yuk Sadar Bencana Melalui Sandiwara Radio

Jika ditengok data Badan Nasioanal Penaggulangan Bencana (BNPB) mengisyaratkan tren peningkatan kasus bencana yang terus saja meningkat. Jika dibandingkan tahun 2016, terjadi peningkatan 35% kasus bencana pada tahun 2015.

Bencana banjir sendiri telah terjadi di 315 kab/kota di Indonesia dan menelan 63.7 juta korban warga. Oleh karena itu, merebaknya kasus bencana alam ini, juga harus diikuti dengan langkah pencegahan masyarakat yang terlebih dahulu sadar akan bencana.

Saya berfikir, Radio yang memiliki segmentasipendengar dari berbagai status social, bisa turut andil dalam melemparkan program siar bertema lingkungan yang efektive dan efisenkepada pendengarnya. Itu telah dibuktikan BNPB yang telah meluncurkan sandiwara radio Asmara Di Tengah Bencana (ADB) pada Agustus 2016 silam. Hasilnya, sebanyak 43 juta pendengar terjaring dalam kisahnya.

Materi BNPB
Materi BNPB
Dan tentu kesuksesan atas kerjasama beberapa stasiun radio yang menyasar pada pendengar yang bermukim di daerah potensi bencana. Keterjangkauan siaran radio adalah kunci sukses kampanye sadar lingkungan.

Media sosial, terutama beberapa radio komunitas di Samarinda belakangan mulai tak ketinggalan dalam mengkampanyekan untuk sadar bencana banjir. Radio dengan iklan layanan masyarakat dan talk-shownya telah melahirkan komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS SKM). Gerakan tersebut saat ini massive didengungkan dan berhasil mengajak masyarakat mulai sadar bencana. Dengan tidak membuang sampah ke sungai dan memungut sampah.

Aktivitas GMSSSKM I https://www.facebook.com/groups/1651081261811731/?multi_permalinks=1875656116020910%2C1873314386255083&notif_t=group_activity&notif_id=1499154028780935
Aktivitas GMSSSKM I https://www.facebook.com/groups/1651081261811731/?multi_permalinks=1875656116020910%2C1873314386255083&notif_t=group_activity&notif_id=1499154028780935
Relawan GMSS SKM ini juga berasal dari lintas background, yang bergantian menyusur sungai karang mumus secara berkala untuk memungut sampah yang sepertinya tak kunjung habis di anak sungai ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun