Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meluncurkan Industri Kreatif ke Pelosok Negeri Bersama Satelit 3S Telkom

7 Februari 2017   13:55 Diperbarui: 7 Februari 2017   19:06 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagu “Bangun Tidur” karya Pak Kasur, saya pikir kurang relevan lagi pada saat ini ya?. Perkembangan ponsel pintar di era-digital plus kemudahannya telah mengenalkan pola hidup baru di masyarakat kita. Dan telah menyingkirkan runtunan aktivitas mandi, menggosok gigi, bahkan sarapan pagi sebagai aktivitas awal setelah bangun tidur pagi.

Delloite Global Consumer melakukan survey di 30 negara, mencatat ada 61% responden akan memeriksa ponsel pintar selama kurang lebih lima menit ketika bangun tidur. Dan 96% responden membutuhkan waktu sekitar kurang dari satu jam untuk membuka notifikasi yang masuk di ponsel mereka setiap pagi. Tidak hanya setelah bangun tidur lho, menurut survey itu, sekitar 15 menit sebelum tidur, ada 75% orang di negara-negara itu juga akan memeriksa notifikasi ponselnya seperi email, pesan dan sosmed plus bertransaksi online.

Begitu dimanjanya kita dengan kemudahan yang ada di ponsel pintar kita. Tanpa disadari aplikasi-aplikasi yang disediakan dalam platform ponsel pintar yang kita punyai dapat memberikan manfaat positif yang luar biasa menunjang kehidupan kita.

Jika kita kita klik play store di ponsel yang berplatformandroid, kita dapat menemukan banyak aplikasi untuk diunduh. Menurut laporan Appfigures, Google store Play, pada akhir 2014 saja telah mempunyai jumlah aplikasi sebanyak 1.4 juta. Jumlah itu melampaui jumlah aplikasi App Store Apple yang hanya 1.21 juta aplikasi. Tentu hal ini mengindikasikan ponsel pintar platform android lebih banyak digunakan. Hal ini terjadi selalu mengikuti tren perkembangan penggunaan internet yang tinggi. Dan sepertinya Internet telah menjadi candu baru dalam memuaskan kebutuhan kita sehari-hari.

Pemerataan Distribusi Internet Di Indonesia Pembuka Pasar Baru Industri Kreatif E-Commerce

Mari kita agak fokus, dengan jumlah pengguna internet di Indonesia, dalam dua tahun terakhir ini saja. Assosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) mencatat di Indonesia tahun ini penggunanya telah mencapai 132.7 juta pengguna atau 51.8%  dari 256 juta penduduk Indonesia, dan 65% memang masih terkonsentrasi di pulau jawa. Jumlah tersebut melonjak 50.8% dibandingkan dengan survey APJIIsebelumnya sebanyak 88 juta di tahun 2014.

Menurut APJII, sebaran pengguna internet di Sumatra mencapai 20.7juta orang, di Sulawesi 8.4 juta orang dan Kalimantan 7.6 juta orang. Sedangkan pengguna di bali dan Nusa Tenggara sebanyak 6.1 juta orang, dan terakhir di Maluku dan Papua hanya 3.3 juta orang. Pemerataan pengunaan internet ke daerah daerah diakui masih tergantung dari penyediaan infrastruktur jaringan di wilayah timur Indonesia.

Lalu dari sisi perangkat, menurut APJII lagi, sekitar 69.9% pengguna meangkases internet melalui mobil gadget. Pengguna melalui jaringan internet rumah sebesar 17.7 juta, fasiltas kantor 14.9 juta dan fasiltas kampus 2.9 juta pengguna.

Melihat angka-angka tersebut, Indonesia merupakan pasar yang kuat dalam menjawab industry start-up digital/industry kreatif yang ada saat ini dan dimasa depan. Katakan saja, dalam transaksi online Indonesia bisa mencatatkan pelaku bisnisnya mencapai 16% dari penduduk Indonesia saat ini. Jika dibandingkan dengan India yang mencapai angka 14%, Indonesia masih dikatakan lebih baik. Namun masih kalah dengan Singapura di angka 24% yang penduduknya lebih sedikit.

Beruntungnya, dengan kondisi penetrasi internet yang belum merata ke pelosok negeri, ternyata Indonesia mulai dilirik banyak investor. Data dari Techlist menyebutkan pada kuartal pertama 2015, di asia tenggara ada 93 perusahaan startup digital yang memperoleh pendanaan. Dan 24 diantaranya merupakan startup asal Indonesia. Sebut saja MatahariMall mendapat investasi Rp 6.51 Trilyun. Lalu Gojek juga mendapatkan investasi Rp 2.8 Trilyun dari Northstar Group. Adalagi  Tokopedia sebesar Rp 1.4 Trilyun dari Softbank dan sequoia Capital.

Haruskah Daerah Bisa Menjawab Peluang Industri Digital/Kreatif Itu ?

Harus Bisa. Lembaga riset CHGR mengatakan jumlah bisnis rintisan/startup berbasis tekhnologi di Indonesia diproyeksikan bertumbuh 6.5 kali lipat atau menjadi sekitar 13.000 pada tahun 2020. Sementara di tahun 2016 ini saja, Indonesia tercatat sebagai negera yang memiliki jumlah start-up tertinggi di asia tenggara yakni 2.000-an.

Kalau dilihat dari kondisi ekonomi Indonesia saat ini yang lesu dan daerah-daerahnya masih bertumpu pada pengelolaan sumberdaya alam-nya. Industry Kreatif dengan menggunakan tehnology/startup digital akan menjadi solusi positif bagi alih sumber pendapatan daerah yang diandalkan.

Contohnya saja jika melongok ke daerah saya tepatnya di samarinda, Kalimantan Timur. Upaya pengalihan industry SDA ke dalam industry SDM yang kita sebut startup digital ini sangatlah mungkin untuk dikembangkan. Mari kita melihat ekonomi Kaltim secara medekat, kejayaan ekonomi kaltim dahulu memang ada tepatnya di tahun 1990-2000-an. Hal itu bisa kita lihat dari pertumbuhan ekonomi yang dicatatkan mencapai 5.71% pada saat itu. Wajar saja, pada saat itu kaltim masih dimanja dengan eksploitasi batubara dan hasil hutannya.

chart pertumbuhan kaltim dan nasional I dokpri
chart pertumbuhan kaltim dan nasional I dokpri
Namun saat ini bisa dilihat di chart, dikarenakan perlambanan ekonomi dunia, bisnis batubara yang menjadi tumpuan di Kaltim anjlok, dan membuat potensi batubara Kaltim yang berlimpah menjadi musibah. Di akhir tahun 2015 kemarin, pertumbuhan ekonomi Kaltim saja mengalami kontraksi menjadi minus 0.85%, dimana tahun sebelumnya di 2014 bisa mencapai pertumbuhan 2.02%.

Effek Doppler pun melanda Kaltim, PHK besar besaran dan juga angka pengangguran yang melejit membuat postur APBD 2016 menyusut drastis hampir Rp 1.7 Trilyun dari tahun sebelumnya. Hal tersebut membuat ekonomi di Kaltim menjadi lamban, pembangunan di daerah ini juga harus berhemat. Industri kreatif bisa diperkenalkan kepada daerah menjadi solusi.

Startup Digital Mulai Hadir Menopang UMKM Kaltim

Daerah sepertinya masih gagap menjawab peluang e-commerce yang sedang boom sekarang. Dibalik keterpurukan Kaltim yang dulu berpredikat daerah kaya SDA, kini harus berbenah. Dukungan infrastruktur komunikasi terutama signal telekomunikasi yang hampir merata, saya pikir telah memberikan pengaruh postif seperti daerah di pulau jawa. Daerah terpencil daerah ini kini dapat terkoneksi dengan mudah via pengguna ponsel pintar. Nah sekarang tinggal memaksimalkan potensi infrastruktur komunikasi tersebut dengan hal kreatif lagi.

Keterpurukan Kaltim di tahun 2015 hingga saat ini, telah banyak membentuk UMKM sebagai imbas sulitnya mencari pekerjaan di daerah ini. Dimana tahun lalu tercatat pengangguran terbuka di Kaltim mencapai 8.86% atau sebanyak 146.244 orang. Jika kita ada waktu untuk berjalan-jalan di ibukota Kaltim, Samarinda ini kita dapat menemukan UMKM yang menyajikan kuliner dan kerajinan serta pasar malam di hampir sepanjang jalan kota ini.

Adalah pesanbungkus.com, startup lokal anak Kaltim yang mencoba menjawab peluang tersebut sejak april 2016. startup digital yang dibangun anak lokal Kaltim ini, berhasil menjadi start-up digital yang menawarkan jasa pengantaran kuliner yang diinginkan warga samarinda khususnya via aplikasi di ponsel android dan website.

Jika kita unduh aplikasi-nya di google play, pesanbungkus.com dengan sekitar 500-an mitra-mitra yang merekrut UMKM lokal dengan segmen menengah kebawah dan harga terjangkau, untuk memanjakan semua kebutuhan kita itu. Mulai dari pesan antar makanan, ojek, barang second, penyediaan EO, sampai penyediaan tenaga outsourching/unskill.

Meski belum terasa maksmial selama ini, namun usaha penyempurnaan tehnologinya masih terus diusahakan. Lagi-lagi permasalahannya adalah masih minimnya tenaga IT daerah yang bisa mengimprove semua kemudahan tehnologi di aplikasi mobil gadget ke warga lokal Samarinda. Usaha ini tentu akan memberikan solusi permasalahan ekonomi secara luas yang terjadi di daerah. Meski masih berjalan.

Jasa antar makanan yang disediakan olej pesanbungkus.com I dokpri
Jasa antar makanan yang disediakan olej pesanbungkus.com I dokpri
Nah, sebenaranya Indonesia secara umum mempunyai peluang kok untuk tumbuh lebih besar lagi. Kebutuhan terbesar saat ini adalah dukungan dari pemerintah untuk mengatasi ketertinggalan daerah satu dengan daerah lainnya. Menurut saya, tentu saja penetrasi internet harus bisa terdistribusi merata ke pelosok daerah, dan tidak hanya terfokus di jawa. Dan tentunya PR besar lainnya adalah membuka jalan dalam memberikan berbagai insentif agar industry digital bisa tumbuh dan mendapat akses pendanaan dan perijinan. Dengan itu diharapkan industri kretif di daerah terus berkembang dengan merata.

Dibalik Semua Kemudahan Fasilitas Startup Digital

Kemudahan diatas tidaklah mungkin kita rasakan tanpa adanya penyediaan infrastruktur komunikasi yang tidak murah untuk dibangun. Terutama fasilitas satelit komunikasi yang akan menjawab pemerataan pembangunan tehnologi dan mendorong tumbuhnya industry kreatif/startup digital dengan mempertimbangkan melimpahmya pengguna internet dalam negeri.

Metamormofis peluncuran satelit sebagai upaya pemerataan tehnologi ke penjuru Indonesia telah lama vakum. Jika kita ingat mulai dari satelit palapa A1, lalu palapa A2, Palapa B1, Palapa B2P, Palapa B2R, Palapa B4, Telkom 1, dan terakhir adalah peluncuran satelit Telkom 2 di November 2005 silam.

Patut ditunggu, Telkom sebagai BUMN segera akan meluncurkan satelit 3S pada 14 February 2017 mendatang dari Guyana, Perancis. Dan ini akan menjadi satelit kesembilan yang akan Indonesia miliki dalam sejarahnya. Dengan harapan dapat mengantisipasi permintaan serta dukungan atas pencapaian tujuan strategis TIMES (Telekomunikasi, Informasi, Media, Edutainment dan Services) di Indoensia. Dan tentu saja momentum ini akan memacu pertumbuhan tehnologi komunikasi di Indonesia yang menjangkau 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil) dengan rentangan wilayah Indonesia yang sangat luas. Dan tentu akan mewujudkan ambisi Indonesia sebagai negara dengan potensi digital terbesar di ASEAN dengan nilai transakis e-commerce mencapai US$ 130 Miliar.

Internet Sebagai Pisau Bermata Dua ; Bisa Positif Atau Negatif

 Adanya fasilitas Internet di jaman milineal ini, patut disyukuri. Telkom sebagai provider internet di Indonesia telah memanjakan kita dengan itu semua. Sebut saja, kini telkom telah meningkatkan konektivitas antar kota, antar pulau bahkan antar negara dengan jaringan mencapai 106.000 kilometer. Selain itu Telkom telah menyambungkan berbagai rumah/toko dengan 16 juta fiber optic. Dan juga pembangunan pembangunan infrastruktur fisik seperti data center dan juga pusat pelayanan terpadu.

Kemudahan-kemudahan ber-internet saat ini tentu memberikan opsi kearah postif dan negative. Tentu diharapkan penggunaannya selalu kearah postif dan produktif. Salah satunya ya tadi, adaya kreasi dalam memanfaatkan tehnologi untuk bermanfaat dalam arti luas.

Menikmati semua fasilitas indihome di rumah I dokpri
Menikmati semua fasilitas indihome di rumah I dokpri
Dalam konteks ekonomi luas tentu saja, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di  daerah. Peluncuran satelit 3S diharapkan dapat memacu anak-anak daerah berkompetisi  memeriahkan potensi industry kreatif yang terbuka menganga di Indonesia. Yuk, sekarang bijak dalam menggunakan internet kita untuk hal yang lebih produktif dan kreatif ya. Dan semoga semua daerah dapat berkompetisi dalam porsi pasar startup digital yang  dimulai dari skup kecil di tiap daerah di indonesia untuk memanfaatkan satelit 3S Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun