Sejarah terbentuknya pasar malam di samarinda memang tak terlepas dari masalah sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan dan gelombang PHK yang terjadi di tahun 2000an. Hal ini membuat profesi baru sebagai pedagang dapat diandalkan. Dengan berjualan berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya, pedagang bisa meraup hasil lumayan, dengan tidak mengeluarkan biaya sewa lapak seperti di pasar pada umumnya, hanya membayar retribusi maksimal Rp 20ribu per-malamnya.
Tentu saja aktivitas ini mendapat restu dari Pemkot Samarinda dengan kordinasi masing-masing kelurahan setempat. Lagi lagi, tanpa disadari, aktivitas pasar dadakan ini telah membantu Pemkot samarinda dalam menekan angka pengangguran, dan menjadikan pasar malam, sebagai kebijakan populis yang diminati warga, baik penjual dan pembeli.
Deputi Produksi dan Pemasaran, Kemkop dan UKM, I Wayan Dipta mengatakan, di Indonesia terdapat 13.450 pasar, dan terdapat sekitar 12.6 juta pedagang kecil. Jika 1 pedagang menanggung 4 orang keluarga saja, maka 10 pasar rakyat bisa menolong  40.000 orang. Ini belum elemen lainnya yang membantu pedangan kecil, seperti kuli panggul dan jasa distribusi barang.
Sebagian besar pelaku di pasar rakyat adalah sektor informal. Sektor inilah yang selama ini berfungsi sebagai jaring pengaman ketika krisis ekonomi menyebabkan gelombang PHK dan ketika hingga kini pemerintah gagal menjamin ketersediaan lapangan kerja yang mengimbangi laju pertumbuhan angkatan kerja. Data Kementerian Perdagangan menyebutkan 12,5 persen atau 30 juta penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai pedagang di pasar rakyat. (Kompas.com, 21/12/2016).
Saatnya Kembali Ke Rumah Rakyat
Badai perlambanan ekonomi yang dunia rasakan saat ini, tentu akan berimbas pada berkurangnya lapangan kerja di semua daerah Indonesia. Saatnya kembali ke rumah rakyat, yakni pasar rakyat, untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan, Â dengan menjadi pelaku ekonomi di sana, baik penjual dan pembeli. Karena pada dasarnya setiap manusia menjalani kedua peran itu untuk memenuhi kebutuhannya sehari hari.
Di rumah rakyat, yakni pasar rakyat, kita bisa berkumpul dengan banyak orang, membentuk hubungan emosi dari lintas entitas, ras, suku dan agama dalam kegiatan tawar menawar dan menambah relasi kekeluargaan. Dan akan memupuk rasa persatuan kekeluargaan.
Di rumah rakyat, sekaligus kita bisa mewariskan satu dari banyak kebudayaan ekonomi Indonesia bagi anak cucu kita kelak. System ekonomi yang ramah, melalui senyuman dalam setiap  tawar menawar transaksi jual-beli  .
Di rumah rakyat, jarak antara pemimpin dan rakyat terasa rekat, karena dimensi politik akan melekat dan membuat hubungan keduanya saling menguntungkan dalam menata rumah rakyat untuk bersaing dari serbuan pasar modern yang ditopang oleh system kapitalis.