Mengacu kepada hadits Rasulullah Muhammad shalallahu'alaihiwasallam, riya' merupakan salah satu penyakit hati pada manusia. Ya, penyakit hati yang membuat seseorang berbuat baik karena ingin dipuji manusia lain, bukan semata-mata mengharap ridha Allah subhanahuwata'ala. Penyakit hati yang cantik bungkusnya, namun busuk dalamnya.
Manusia diperintahkan untuk saling mengingatkan. Tentu, mengingatkan dalam kebaikan, salah satunya bahaya akan riya'. Namun - tanpa bermaksud berprasangka buruk - pernahkah kita merasa bahwa kebanyakan manusia saat ini hanya latah saja berucap riya'? Pernahkah kita merasa bahwa dalam hal ini mereka bukan murni mengingatkan, namun lebih disebabkan oleh dorongan kebencian personal terhadap orang yang "diperingatinya"? Tidakkah perbuatan demikian justru terlihat sebagai bentuk penyakit hati yang lain, yakni iri hati atau kedengkian? Sejujurnya, sangat miris bila memang demikian.
Dunia sedang berduka, Corona semakin menggila. Membabi buta "memangsa" korbannya, membuat ribuan orang meregang nyawa. Hampir semua negara memerintahkan penduduknya untuk tetap di rumah saja, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia sendiri, #dirumahaja ternyata berdampak cukup parah terhadap ekonomi masyarakat, terutama masyarakat pekerja harian.Â
Dengan demikian, muncullah inisiatif dari kelompok masyarakat lain yang masih merasa berkecukupan untuk memberikan bantuan: baik berupa makanan, uang tunai, maupun alat penunjang kesehatan. Perbuatan mulia tersebut pun didokumentasikan dan disebarluaskan melalui sosial media, seperti terlihat pada akun sosial media dua influencer besar Indonesia: Ria Ricis dan Atta Halilintar.
Berapa banyak prank-prank di sosial media yang mempermalukan orang lain, atau perbuatan membuang-buang makanan, atau ungkapan-ungkapan kebencian? Anggap saja tindakan berbagi ini menjadi penawar bagi toxic-toxic tersebut. Penawar - yang juga dapat menjadi kekuatan di dalam sosial media untuk membentuk pribadi-pribadi berperilaku terpuji.
Beruntung, dukungan terhadap perbuatan mulia berbagi ini juga tidak kalah banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H