Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Katanya Deflasi, Kok Permintaan Kredit Sepeda Motor Meningkat

7 Oktober 2024   18:47 Diperbarui: 7 Oktober 2024   19:13 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilansir dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mencatat penyaluran pembiayaan roda dua masih terus meningkat sampai dengan Agustus 2024. Penyaluran pembiayaan kredit motor per Agustus 2024 meningkat sebesar 12,94% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp108,49 triliun. 

Hal ini tentunya sangat kontradiktif dengan isu yang berkembang saat ini yaitu dimana kondisi perekonomian Indonesia sedang mengalami deflasi alias penurunan daya beli di masyarakat selama 5 bulan berturut-turut.

Ditambahkan oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada Januari---Agustus 2024 mencatat penjualan kendaraan bermotor roda mengalami kenaikan 3,13% yoy menjadi 4,34 juta unit, dibandingkan dengan periode yang sama 2023 sebesar 4,21 juta unit.

Bahkan Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman memperkirakan pembiayaan roda dua masih akan mengalami pertumbuhan sampai akhir tahun.

Namun di sisi lain, Hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi penjualan roda empat yang mengalami penurunan sejak awal 2024. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil secara wholesales tercatat sebesar 560.619 unit atau turun 17,1% yoy dari periode sama 2023 sebesar 675.859 unit. Sementara itu, penjualan mobil ritel juga turun 12,1% yoy menjadi 584.857 unit pada delapan bulan pertama 2024, dibandingkan 665.262 pada periode yang sama 2023.

Kondisi ini tentunya menimbulkan tanda tanya bagi kita semua, sebenarnya apa yang sedang terjadi. Jika benar sekarang terjadi deflasi, dimana masyarakat kelas menengah sudah tak bisa menabung lagi alias penurunan daya beli, namun kenyataannya penjualan sepeda motor justru semakin meningkat, walau harus didominasi dengan mekanisme pembiayaan kredit. Kira-kira apa sebenarnya yang terjadi, berikut ulasan analisanya.

Penurunan Gaya Hidup Kelas Menengah

Sudah banyak artikel dari para Kompasianer yang mengulas tentang kaum kelas menengah yang sudah mulai turun kasta akibat hempasan deflasi yang merontokkan pundi-pundi tabungan mereka, dimana untuk beli galon air minum saja kadang pasangan suami istri harus kompromi dulu apakah beli di Minimarket atau ke agen air isi ulang untuk menghemat pengeluaran.

Kondisi ini tentunya memantik para keluarga kelas menengah untuk menurunkan gaya hidupnya, utamanya dalam bertransportasi. Dimana mungkin jika sebelumnya, bisa berpergian dengan roda empat setiap hari, namun kini mau tak mau harus mau lagi berpanas-panas di atas aspal atau kehujanan dengan kendaraan roda dua.

Akibatnya, bisa jadi jika kebanyakan keluarga kelas menengah sebelumnya memiliki satu kendaraan roda empat dan satu roda dua untuk istri belanja ke pasar dan mengantar anak ke sekolah pakai daster. Maka untuk saat ini sang ayah harus mau menurunkan ego kelaki-lakiannya yang berangkat ke kantor biasanya menggunakan mobil keluaran terbaru, kini karena himpitan ekonomi akibat popok bayi yang tak terbeli, terpaksa mengaspal dengan bersepeda motor ria. Maka dari itu, berimbas pada permintaan kendaraan roda dua yang semakin meningkat.

Bukan tak mungkin banyak pula kelas menengah yang menjual kendaraan roda empatnya untuk menutupi biaya hidup dan beralih untuk membeli kendaraan roda dua sebagai alat transportasi utama sehari-hari untuk menghemat biaya.

Swifting ke Ojol

Merujuk pada artikel Headline mbak Dewi Puspasari yang berjudul "Dampak PHK Kelas Menengah Berkurang, Ojol Jadi Pekerjaan Utama Dan Makin Banyak Penjual Makanan" yang memberi penekanan dimana tercatat terjadi peningkatan jumlah pekerja Ojek Online (Ojol) secara signifikan dalam setahun terakhir, dan bisa diperkirakan peningkatan disebabkan sebagian para kelas menengah yang turun kasta lebih memilih menjadi Ojol sebagai pekerjaan utama.

Dampak swifting pekerjaan menjadi Ojol sudah pasti meningkatkan permintaan pembiayaan kredit kendaraan roda doa. Jasa kurir atau ojol memang saat ini secara pendapatan tidaklah sebesar 7 tahun lalu, namun bagaimanapun pekerjaan ini dirasakan paling mudah untuk dijalankan dan segera mendapatkan cuan untuk sekedar bertahan hidup dari hari ke hari.

Pembatasan BBM Bersubsidi Roda Empat

Pada Agustus lalu, pemerintah secara resmi melakukan pembatasan BBM bersubsidi bagi sebagian jenis kendaraan roda empat. Hal ini tentunya sangat berdampak langsung bagi kelas menengah yang pendapatannya pas-pasan, dimana mereka pun harus mengencangkan ikat pinggang, sekalipun mereka tidak ikut badai PHK.

Seperti ulasan di atas, dimana pada akhirnya kendaraan roda dua kini menjadi pilihan utama alat transportasi bagi kelas menengah diakibatkan tak kuat membeli BBM non subsidi dan pembatasan BBM bersubsidi bagi kendaraan roda empat.

Namun entah mengapa, pembelian kendaraan roda dua baru masih didominasi pembiyaan skema kredit alias mencicil. Hal ini mengindikasikan betapa hancurnya kondisi keuangan kelas menengah, hingga uang tunai tabungan pun mereka sudah tak punya, yang ada hanya cukup untuk menyambung hidup.

Inovasi Kendaraan Roda Dua

Tak dipungkiri inovasi beberapa kendaraan roda dua utamanya jenis matic memang menimbulkan ketertarikan banyak orang untuk memilikinya. Bukan masalah model, tetapi aspek kenyamanan dengan desain jok lebih lebar, muatan bagasi yang lebih besar sudah jelas sangat mendukung kebutuhan manusia Indonesia yang bermobilitas sangat tinggi.

Jenis spek kendaraan roda saat ini yang dicari adalah irit bahan bakar, desain jok nyaman, serta muatan bagasi yang lebih besar. Fitur-fitur tersebut tentunya sangat mendukung kinerja para abang Ojol seharian serta bagi emak-emak jika hendak berpergian agak jauh seperti arisan di kampung seberang.

Inovasi demikian tentunya menarik perhatian banyak kelas menengah yang mulai mengalihkan alat transportasi utamanya ke kendaraan roda dua. Paling tidak mereka masih bisa merasakan kenyamanan dengan jok lebar, serta bisa membawa barang-barang dengan leluasa pada bagasi yang longgar.

Semoga badai deflasi ini segera berakhir, agar nantinya tidak mengganggu jadwal emak pergi ke salon atau mengacaukan rutinitas nge-gym sang ayah. Biarlah saat ini berpanas-panas atau kehujanan lagi dengan sepeda motor, tapi yakin kelak badai pasti berlalu, karena hidup adalah pilihan, cuan harus selalu dicari daripada mati karena gengsi. Semoga Bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun