Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Haruskah Ujian Nasional Dilaksanakan Lagi?

27 September 2024   10:57 Diperbarui: 27 September 2024   11:03 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) masih dirasa belum dipahami oleh banyak orang tua wali murid, walaupun sosialisasi sudah sering dilakukan. Imbasnya banyak orang tua wali murid yang terkesan kurang memotivasi peserta didik untuk lebih giat belajar, karena merasa anaknya sudah pasti lulus, selama tidak melakukan pelanggaran berat di sekolah.

Padahal AKM jika dimaknai betul sebenarnya lebih berat ketimbang Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan, dikarenakan para peserta didik untuk selalu progresif pada setiap jenjang kelasnya. Namun sekali lagi, masih banyak orang tua wali murid yang abai akan hal ini. Nilai AKM yang baik tentunya akan memudahkan peserta didik jika ingin melanjutkan ke perguruan tinggi manapun.

Bisa jadi kecenderungan trend ini yang dilihat oleh banyak Universitas Luar Negeri, dimana justru setelah Ujian Nasional ditiadakan, membuat kualitas lulusan SMA di Indonesia justru semakin menurun, bukan masalah pada regulasinya.

Sarana Dan Prasarana ANBK

Masalah klasik tentunya adalah pelaksanaan ANBK yang melulu pada hal teknis, perihal ini sudah sering dibahas oleh para penulis Kompasiana lainnya tentang kendala jaringan infrastruktur. Entah mengapa, setiap tahunnya masalah yang muncul selalu saja kendala teknis seperti kekurangan Laptop, jaringan internet tidak stabil dan masih banyaknya peserta didik yang belum familiar menggunakan komputer.

Jika setiap tahunnya selalu saja ada permasalahan teknis yang itu-itu saja, maka tentunya pihak Kemendikbud Ristek harus segera melakukan evaluasi besar-besaran untuk membenahi hal tersebut. Para guru sudah lelah dengan pembelajaran sehari-hari, jangan sampai ditambah bebannya untuk masalah kendala teknis tersebut.

Jika memang dirasa memang belum bisa melaksanakannya, bisa jadi pelaksanaannya kembali ke sistem konvensional namun tetap semi berbasis komputer untuk penilaiannya. Di negara Jepang saja, hingga kini pelaksanaan ujian masih memakai kertas konvensional, bahkan kertas ujiannya dibuat warna-warni agar terkesan friendly.

Ujian Nasional Berbasis Internasional

Sebagai usulan, Ujian Nasional sebaiknya diselenggarakan lagi, namun dibatasi hanya bagi peserta didik yang mau mengikutinya. Ujian Nasional bentuk baru ini memakai standar yang diakui Internasional serta terafiliasi dengan perguruan tinggi di luar negeri.

Ujian Nasional Berstandar Internasional ini boleh diikuti oleh seluruh peserta didik SMA, tinggal apakah mereka mau mendaftarnya atau tidak. Tidak ada kewajiban setiap peserta didik untuk mengikutinya, namun apabila mereka hendak melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri, mereka wajib mengikuti Ujian Nasional format baru ini.

Pada negara Amerika Serikat kita mengenal sistem ujian skolastik SAT yang digunakan sebagai standar untuk masuk perguruan tinggi disana. Bisa jadi Kemendikbud Ristek mengusahakan standar Ujian Nasional format baru ini bisa selevel SAT atau jenis ujian Internasional lainnya, sehingga nantinya bisa menghasilkan lulusan SMA dari Indonesia yang mampu bersaing di perguruan tinggi abroad.

Tantangan Menteri Pendidikan Baru

Tentunya hal ini menjadi tantangan bagi menteri pendidikan baru pada zaken kabinet Pak Prabowo, dimana cukup banyak kritik pada pelaksanaan kurikulum Merdeka yang dimana terdapat kecenderungan penurunan semangat belajar peserta didik karena sudah tak menganut sistem tinggal kelas dan peniadaan Ujian Nasional.

Pekerjaan rumah pendidikan nasional kita adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang masih tertinggal dengan negara Asia Tenggara lainnya, sampai kapan kondisi ini terus dibiarkan, sampai kapan kita melihat perpustakaan masih sepi pengunjung serta guru-guru masih sibuk masalah teknis yang tak kunjung selesainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun