Jika sang anak mulai memahami konsep proses dari setiap panel komik yang dibuatnya sendiri, maka bisa saja membentuk pola kognitif kerangka berpikirnya menjadi lebih logis dan terarah.
Melatih Konsistensi
Jika dalam sesi menggambar biasanya membuat satu objek dengan tema tertentu, maka ketika menggambar komik, sang anak dituntut membuat karakter objek yang sama di setiap panelnya.
Sang anak dituntut konsisten membuat karakter objek yang sama dalam komiknya di setiap panelnya, dengan variasi ekspresi yang ditampilkan.
Tentunya hal ini tidaklah mudah bagi anak-anak, namun justru itulah tantangannya bagi mereka, dimana mereka perlu berlatih dulu membuat karakter yang kiranya bisa secara konsisten untuk dibuat.
Konsep konsistensi dalam pembuatan komik akan melatih anak untuk belajar bahwa dalam suatu proses diperlukan konsistensi atau istiqomah dalam menjalani suatu proses pencapaian.
Melatih Psikomotorik
Selayaknya belajar menggambar biasa, membuat komik tentunya sangat melatih daya psikomotorik anak, dimana selain menggambar karakter komiknya, sang anak dilatih membuat panel-panel dengan alat bantu penggaris secara rapi.
Konsep panel komik sebenarnya mirip dengan konsep kolase, jadi sang anak juga bisa dilatih daya seninya dalam membuat panel-panel yang menarik, tidak hanya sekedar kotak-kotak saja.
Jika dalam sesi menggambar biasa, sang anak kadang bosan membuat yang itu-itu saja, namun ketika membuat komik sendiri, mereka akan terlatih membuat hal-hal baru pada setiap panelnya.
Melatih Bahasa Percakapan
Pada komik kita pasti menjumpai balon ucapan yang menjadi ciri khasnya. Balon ucapan menjadi kekuatan utama pada suatu jalan cerita komik, tanpa ada hal tersebut, komik tak ubahnya seperti gambar biasa.
Maka dari itu, ketika sang anak membuat komiknya sendiri, dia akan tentunya merancang isi percakapan dalam setiap balon ucapannya berdasarkan alur yang sudah dipikirkan sebelumnya.
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, kadang masih banyak anak Sekolah Dasar yang belum mampu betul membuat kalimat-kalimat percakapan, apalagi jika literasi mereka di rumah sangat rendah karena jarang membaca buku fiksi anak.