Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Tips agar Anak Tidak Terkena Virus Prank Terlewat Batas

15 Juli 2024   04:47 Diperbarui: 15 Juli 2024   06:43 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prosesi pemakaman pelajar korban Prank dan lokasi Prank di SMAN 1 Cawas Klaten (sumber: Tribunnews.com )

Apalagi jika sang orang tua kerap melakukan keusilan kepada anaknya, bahkan hingga sampai sang anak menangis, walau hanya berniat bercanda, tanpa disadari mereka pun akan meniru hal yang sama kepada teman-temannya. Maka dari itulah boleh bercanda dengan anak, tapi tetap harus tahu batasannya.

Hindari kebiasaan Menertawakan

Mungkin banyak diantara kita, apabila melihat seseorang terjatuh secara tak sengaja, kita langsung bereaksi menertawakannya ketimbang menolongnya dengan langsung, sekilas hal itu biasa saja, tapi jika anak terbiasa melihat sesuatu "accident" yang demikian seperti orang terpeleset, orang kejatuhan cicak, kepala orang tak sengaja terantuk sesuatu, dan lainnya, kemudian kita sebagai orang dewasa justru menjadikannya bahan tertawaan, maka secara tak sadar kita mendidik anak kita menjadi pribadi yang senang melihat orang terkena kesusahan sebagai bahan candaan.

Ajarilah anak-anak untuk tidak menjadi pribadi yang mudah menertawakan seseorang entah karena kesialan atau kemalangan yang dialami seseorang, ajari mereka untuk berempati dan menyegerakan menolong orang lain yang sedang apes atau sial seperti terpeleset atau terjatuh.

Jika hal seperti itu sudah tertanam jiwa yang bisa mengelola sense dari tertawanya, maka dia akan menjadi pribadi yang bijaksana dan jauh dari sifat ingin menge-prank seseorang dengan alasan apapun.

Hindari Menonton Konten Prank

Tak bisa dipungkiri, di jaman sekarang keberadaan aplikasi sosial media yang menampilkan konten-konten bermuatan Prank justru mendapat rating tinggi alias mendapatkan viewer terbanyak. Sungguh hal tersebut sangat membahayakan bagi perkembangan anak-anak yang menontonnya.

Konten-konten video yang mulai menampilkan kejahilan sederhana seperti pura-pura jadi orang gila, hingga Prank yang sangat niat dan sistematis seperti mendesain suatu tempat untuk mengerjai orang lain, tentunya mungkin terkesan sebagai hiburan saat senggang, namun apabila konten-konten tersebut kerap ditonton anak-anak, bukan tak mungkin mereka akan menirunya mentah-mentah.

Bahkan ada kasus viral dimana sekelompok pemuda yang sengaja membuat konten video pocong-pocongan pada sebuah jalan sepi kampung, bukannya menjadi hal yang seru, para pemuda tersebut malah ditangkap warga, karena dianggap meresahkan lingkungan, setelah diinterogasi mereka melakukannya karena meniru konten-konten Prank yang ada platform YouTube. Tentunya ini menjadi keprihatinan kita bersama, karena keusilan yang berlebihan bisa mengakibatkan gangguan keamanan masyarakat.

Ajarilah Saling Menghormati

Sebuah hal yang klasik, yaitu ajarilah anak-anak untuk menghormati siapapun, baik tua muda, tampilan fisik, perbedaan suku ras atau apapun latar belakangnya. Bahasanya pak Harto "Ojo kagetan, Ojo gumunan" jika kita melihat ada perbedaan diantara kita.

Ajarilah mereka apabila kita bercanda berlebihan malah justru akan menurunkan derajat kita di mata orang lain, karena apabila kita dikenal sebagai pribadi yang suka bersenda gurau berlebihan, maka tanpa disadari kita pun membuka celah bagi orang lain untuk mengerjai kita pula, dengan dalih "bercanda".

Contoh memberikan kejutan yang sederhana (sumber : dokpri)
Contoh memberikan kejutan yang sederhana (sumber : dokpri)

Maka apabila sang anak sedari kecil tertanam jiwa yang menghormati orang lain, maka hal tersebut tentunya menjadi benteng utama menjadi pribadi yang tak suka mengprank atau mengusili orang lain secara berlebihan, mereka akan sadar bahwa humor memang penting dalam suatu jalinan hubungan, tetapi humor yang kebablasan justru bisa jadi pemicu retaknya suatu hubungan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun