Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mendesain Serambi Masjid Kampung Menjadi Co-Working Space

26 Juni 2024   05:07 Diperbarui: 26 Juni 2024   09:17 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serambi Masjid Salman ITB yang kerap dijadikan tempat belajar mahasiswa (sumber: Flickr)

Suatu kali saya hendak menjemput putri saya yang sedang mengikuti kelas Pramuka di sore hari, dikarenakan ternyata saya menjemput agak lebih cepat, maka saya pun harus menunggu, daripada ‘gabut’, saya pun meluncur ke masjid yang tak jauh dari sekolah anak saya.

Selepas menjalankan ibadah shalat Ashar, saya melihat ada stop kontak, kipas angin semilir dan meja kecil di serambi masjid, tanpa berpikir panjang saya pun membuka laptop yang kebetulan saya bawa, dan mulai menulis artikel untuk dibuat di Kompasiana dan sambil mengerjakan beberapa RPP. Vibes serambi masjid memang cocok buat ketik-mengetik.

Situasi demikian seolah menyiratkan bahwa serambi masjid sebenarnya bisa digunakan sebagai Co-Working Space bernuansa kearifan lokal, karena sambil lesehan dan tetap selalu ingat ibadah ketika waktu shalat tiba.

Memang Masjid adalah rumah ibadah, namun kenyataannya di Indonesia, masjid di kampung tidak hanya sekedar menjadi tempat shalat, bisa menjadi tempat acara sosial masyarakat hingga tempat istirahat bagi para musafir yang sedang melakukan perjalanan. Intinya keberadaan masjid di Indonesia bisa multifungsi dalam dinamika masyarakat selama untuk hal yang positif dan tidak melanggar syariat.

Tak menutup kemungkinan serambi masjid pun bisa saja digunakan sebagian ruangannya sebagai Co-Working Space. Pada jaman Rasulullah, proses negosiasi dengan berbagai suku dan catat mencatat berbagai perjanjian justru banyak dilakukan di masjid Nabawi, artinya secara syariat tidak ada masalah untuk menggunakan sebagian ‘space’ untuk ruang kerja jemaahnya, dengan catatan pekerjaan yang dilakukan bersifat klerikal atau tulis menulis serta mendapat ijin dari takmir masjid, jika kita menggunakan sebagian ruangan dalam waktu lama.

Di Indonesia sebenarnya sudah ada beberapa masjid besar seperti Istiqlal dan masjid Jamik lainnya yang menyediakan Co-Working Space lengkap dengan meja kerja, stop kontak, Kopi / teh gratis hingga WiFi gratis hingga ruang rapat. Namun sayang fasilitas tersebut belum banyak dimiliki di masjid-masjid kampung.

Padahal jika masjid kampung pada bagian sebagian serambinya bisa digunakan Co-Working Space, maka tentunya akan bermanfaat besar bagi kemakmuran masjid serta kemudahan bagi warganya untuk cari suasana baru untuk bekerja maupun belajar.

Atau mungkin jika masjid tersebut memiliki lahan yang luas, bisa saja dibuatkan ruangan khusus lengkap dengan layar proyektornya serta sound system untuk mengadakan seminar kecil, rapat atau presentasi bagi siapa saja yang hendak menggunakannya, layaknya Co-Working Space lainnya.

Keberadaan Co-Working Space di serambi masjid, memiliki manfaat seperti para pengunjung Co-Working Space dapat melaksanakan ibadah shalat tepat waktu di tengah kesibukan mengerjakan tugasnya, kemudian menambah ramainya jemaah yang melaksanakan shalat tepat waktu, lalu suasana serambi Masjid yang semilir memang sangat cocok menjadi ruang kerja dengan tentunya mentaati adab di masjid.

Lalu bagaimana cara mendesain masjid kampung menjadi Co-Working Space yang bermanfaat bagi warga sekitar namun tetap dapat menjaga adab dan marwah masjid, berikut ulasannya.

Kepengurusan Co-Working Space Masjid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun