"Kula naming buruh tani... bahu tuwo mas", ucap beliau dengan nanar.
"Cah enom  saiki angel diajak tani, angel diajak kumpul bareng", tambahnya.
Siang itu jelang Dzuhur saya sempatkan berkeliling persawahan sekitaran sekolah, saya memang punya kebiasaan menyapa para petani di sekitaran lingkungan sekolah, karena kami sering melakukan kegiatan pembelajaran 'alam' bagi peserta didik yang melibatkan petani setempat.
Kebetulan pada hari kemarin agak longgar pada jam rehat siang saya menyapa Pak Mantoredjo, seorang buruh tani lansia yang menggarap sawah tak jauh dari sekolah kami. Saat itu beliau sedang mengambil bibit padi di area persemaian benih padi, dimana beliau tampak memasukkan satu per satu ikatan bibit ke bronjong pada sepeda motornya. Sedianya beliau membawa sekitar 50 ikatan bibit padi dalam bronjongnya yang akan ditanam di lahan sawah sang pemilik tanah.
Beliau menuturkan satu ikatannya biasanya dihargai antara Rp 2.220 -- Rp 2.500 oleh penjual bibit padi. Dari 50 ikat bibit yang dibelinya, akan ditanam pada lahan sawah pemilik tanahnya. Beliau menambahkan bahwa justru hasil panen lebih banyak pada musim kemarau, karena tidak banyak padi yang rusak, dimana dia bisa menghasilkan panen sebanyak 17 kwintal, namun kualitasnya biasanya tidak sebaik pada panen di musim penghujan, karena airnya yang kurang.
Sementara di musim penghujan panen yang dihasilkan hanya sebanyak 12 kwintal, hal tersebut disebabkan seringnya tanaman padi yang rusak akibat hujan deras, serta seringnya hama yang datang pada musim penghujan. Walau demikian kualitas beras yang dihasilkan jauh lebih ketimbang beras hasil panen di musim penghujan.
Beliau juga 'sambat' alias curhat dimana bayaran upahnya yaitu separuh dari hasil panen penjualan gabah, tidaklah seberapa untuk sehari-hari, namun beliau tetap mensyukuri. Â Beliau adalah seorang lansia berusia 64 tahun, namun secara fisik masih gagah dan tangguh berjibaku di tengah sawah. Beliau adalah sosok petani tangguh, dimana terkadang dia memilih untuk mencangkul manual untuk menggemburkan lahan, ketimbang menyewa traktor untuk menghemat biaya operasional, utamanya di musim penghujan.
Namun curhatan utamanya adalah bukanlah bayaran upah yang diterimanya, tetapi dia beliau sebenarnya menginginkan lahan-lahan sawah di desanya yaitu Bentakan, Baki, Sukoharjo agar bisa dikelola secara bersama-sama dengan petani  lainnya atau yang lebih dikenal Kelompok Usaha Bersama (KUB) Pemuda Tani.Â
Beliau menuturkan, dulu sempat mau dibuat, tapi selalu saja banyak yang tidak datang setiap pertemuan, akhirnya hingga kini lahan-lahan sawah yang ada masih dikelola perseorangan.
Program KUB Pemuda Tani sudah digaungkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) semenjak tahun 2017. Sesuai namanya, program ini memang bertujuan untuk meregenerasi para petani yang dominan masih dikerjakan para kaum tua dan lansia.Â