Jika saya hidup di negara Belanda mungkin jarak 10-20 km bukan suatu masalah, karena suhu iklim di sana sejuk sepanjang hari, belum lagi negeri Kincir Angin itu relatif medannya datar-datar saja dan juga moda transportasi umum disana sangat menunjang dan terintegrasi dengan penggunaan moda sepeda manual ketika bepergian, di mana banyak lahan parkir aman untuk sepeda.
Selama bulan puasa saja kemarin, saya dilarang oleh istri saya untuk bepergian ke sekolah menggunakan sepeda listrik, karena khawatir suhu panas di siang hari atau kadang turun hujan deras. Maka disinilah tantangannya aktivitas bersepeda di negara beriklim tropis, di mana suhu terik di siang hari, dan juga sering hujan sangat deras.
Namun, tantangan itu sebenarnya janganlah menjadi penghalang bagi kita untuk membudayakan bersepeda dalam beraktifitas sehari-hari. Berikut beberapa hal yang kiranya dapat mendukung terciptanya budaya bersepeda di negara kita.
Kampanye Penggunaan Sepeda Manual/Listrik ke Kantor dan Sekolah
Dalam mendukung program mengurangi emisi karbon, maka pemerintah harus mengkampanyekan budaya bersepeda listrik / manual ke tempat kerja dan sekolah.Â
Pemerintah bisa saja menetapkan aturan di mana 30% dari total karyawan di suatu kantor pemerintahan atau swasta, harus menggunakan moda transportasi sepeda listrik/manual ketika berangkat kerja. Di mana tiap dinas bisa menegur bahkan sanksi suatu unit kerja yang belum bisa memenuhi kuota karyawan yang berangkat kerja dengan sepeda.
Mengapa saya menetapkan angka di 30%, hal tersebut diasumsikan karena bisa saja tidak semua karyawan yang tempat tinggalnya dekat dengan kantornya, sehingga kebijakan ini lebih diutamakan kepada karyawan atau pegawai yang kediamannya berada cukup dekat dengan kantornya. Jadi, misal dalam satu unit kantor terdapat 10 karyawan, maka minim 3 diantaranya menggunakan sepeda ketika berangkat kerja.
Begitu pula dengan anak sekolah, paling minim dimulai dari peserta didik kelas 4 SD, juga diterapkan kebijakan demikian, di mana ditetapkan angka minimum jumlah peserta didik yang harus wajib berangkat sekolah menggunakan sepeda manual. Hal ini menjadi penting, agar membudayakan bersepeda untuk berpergian semenjak usia belia.
Subsidi Harga Sepeda Manual/Listrik
Sebagaimana halnya sepeda motor listrik yang harga jualnya disubsidi oleh pemerintah, maka penerapan yang sama bisa diaplikasikan pada pembelian sepeda manual/listrik, utamanya bagi keluarga yang berpenghasilan rendah.
Diharapkan harga sepeda manual/listrik yang terjangkau akan meningkatkan daya beli masyarakat untuk memilikinya. Jika kita melihat harga sepeda manual baru untuk kualitas standar sekarang saja sudah membuat para guru bermimpi untuk memilikinya, karena harganya bisa saja melebihi gajinya sebulan. Maka dari itu perlu ada intervensi pemerintah untuk menurunkan harga jual sepeda manual/listrik untuk mendukung budaya bersepeda di masyarakat.
Integrasi Transportasi Umum – Jalur Sepeda – Parkir Sepeda
Jika kita melihat negara Belanda dan Jepang yang sukses membudayakan bersepeda pada masyarakat, itu bukan semata-mata iklim suhu yang mendukung, tetapi juga mereka sudah sadar cukup lama tentang pentingnya menjaga lingkungannya, dengan dimulai hal yang paling kecil, yaitu berpergian dengan moda transportasi yang rendah karbon, yaitu bersepeda.
Hingga akhirnya mereka menciptakan suatu sistem integrasi antara transportasi publik dan jalur sepeda. Karena mereka pun menyadari, tidak mungkin bisa menjangkau tempat kerja yang jauh dengan bersepeda. Sehingga kita bisa melihat banyak orang Jepang yang berangkat kerja dengan sepeda, lalu dititipkan di parkiran dekat subway, kemudian melanjutkan perjalanan dengan kereta bawah tanah.