Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Antisipasi Overtourism Musim Liburan Panjang Tahun 2024

22 Januari 2024   05:03 Diperbarui: 26 Januari 2024   23:56 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisatawan mancanegara berburu cenderamata yang dijual pedagang di sekitar Pasar Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Foto: KOMPAS/SRI REJEKI

Pada liburan akhir tahun lalu, kerabat keluarga kami dari luar kota datang berlibur ke tempat kami. Salah satu tujuan obyek wisata yang dituju oleh kerabat kami adalah daerah Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Suatu kawasan obyek wisata pegunungan yang populer di daerah Solo Raya, mirip-mirip kawasan Puncak di Bogor atau Bandungan di Semarang.

Seusai mereka menghabiskan malam tahun barunya di kawasan Tawangmangu, mereka mampir ke rumah kami dan menceritakan keluh kesahnya pada saat berlibur di sana. Cukup mengherankan, harapan dapat berhealing ria di kawasan wisata malah berakhir penuh kekecewaan.

Mereka menceritakan, bahwa butuh perjuangan untuk mencapai kawasan Tawangmangu, dimana kemacetan sudah mengular dari kota kabupaten Karanganyar yang masih berjarak belasan kilometer. Ketika mobil mereka sudah mencapai kawasan tanjakan pegunungan, macet semakin parah, bau ampas mobil mendesis di sepanjang tanjakan turunan. Banyak mobil-mobil wisatawan yang mogok menyerah melanjutkan perjalanan. Belum lagi gerimis dingin hawa pegunungan mengiringi beratnya perjalanan para wisatawan.

Dan sesampainya di daerah tujuan, masalah muncul kembali, yaitu tempat penginapan, karena sesuatu hal, kerabat saya lupa registrasi via online untuk penginapan daerah Tawangmangu. Sepengetahuan saya memang daerah Tawangmangu, belum banyak penginapan yang terkoneksi via online, tidak seperti daerah Batu Malang atau Puncak Bogor.

Akhirnya neraka liburan berlanjut untuk hunting tempat penginapan, hampir 3 jam lebih berkeliling, mereka belum menemukan tempat untuk menginap, kalaupun ada tempatnya dirasakan masih dibawah standar, yaitu rumah warga lokal yang disulap homestay dadakan.

Setelah 3 jam lebih, mereka menemukan tempat penginapan, kebetulan ada 1 kamar kosong hotel yang di-cancel. Akhirnya mereka pun bisa bernapas lega menghabiskan malam tahun baru di kawasan Tawangmangu dengan penuh perjuangan, sekedar makan jagung bakar, sate kelinci sambil menikmati kembang api di tengah dinginnya hawa pegunungan.

Sekelumit rumitnya cerita kerabat saya dalam menghabiskan liburan tahun barunya bisa disebut dengan kondisi Overtourism. Lembaga riset pariwisata Internasional, yaitu The Responsible Tourism Parthership mendefinisikan overtourism sebagai situasi di mana warga lokal maupun turis merasa wilayah yang mereka tempati/kunjungi terlalu ramai, dan pengalaman berwisata mereka terasa buruk.

Sementara lawan dari overtourism adalah responsible tourism, yaitu upaya untuk menjadikan pariwisata sebagai penyokong kehidupan yang layak dan membuat destinasi terbaik yang layak serta nyaman untuk dikunjungi. Berdasarkan laporan Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (WTTC), Bali didapuk menjadi salah satu kawasan wisata dengan turis berlebih atau overtourism periode Januari hingga November 2023, hal yang sama berlaku pada Phuket (Thailand) dan Athena (Yunani).

Dilaporkan terjadi peningkatan kedatangan turis yang cukup berlebih pada Bandara Internasional Ngurah Rai sepanjang tahun 2023, belum lagi kemacetan semakin parah di beberapa titik obyek wisata terkenal. Dan yang memperhatinkan, kerap terjadi konflik antara turis mancanegara dengan warga lokal dalam hal ketertiban umum.

Ilustrasi Overtourism Pada Masa Liburan Panjang (sumber : Populis.id)
Ilustrasi Overtourism Pada Masa Liburan Panjang (sumber : Populis.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun