Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Erick Thohir, "Gemoy" Sejati yang Terlupakan

19 Januari 2024   05:07 Diperbarui: 19 Januari 2024   05:13 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erick Thohir The Real Gemoy (sumber : RMOL)

Pada suatu video panjang yang ditayangkan oleh media Kumparan di Youtube dalam Talkshow InfoA1 yang menampilkan narasumber Menteri Investasi, Bahlil Lahdalia pada 28 Desember 2023, terpetik beberapa poin yang menarik untuk disimak. Dimana dalam video tersebut secara panjang lebar memperbincangkan tentang kasak-kusuk cawe-cawenya Pak Jokowi dalam Pilpres kali ini.

Salah satu poin menarik dalam video tersebut adalah terungkap bahwa Pak Jokowi awalnya mendorong pak Erick Thohir sebagai salah satu kandidat cawapres mendampingi pak Prabowo, namun seiring dinamika politik yang terjadi, Pak Prabowo justru mengajukan nama Gibran Rakabuming Raka sebagai kompatriotnya, dikarenakan disetujui oleh seluruh koalisi Indonesia Maju , walau pada awalnya Pak Jokowi menolaknya.

Jika informasi tersebut benar adanya, secara pribadi saya sangat menyayangkannya, dikarenakan kualitas Pak Erick Thohir sangat jauh lebih baik ketimbang sang putra presiden. Tapi karena rumus politik tidak seperti rumus matematika, dalam kondisi tertentu curriculum vitae menjadi tak penting.

Jujur, sebelum Pilpres ini bergulir, secara pribadi saya sangat bersemangat menyongsongnya, bagaimana tidak, untuk pertama kalinya, dimana menjelang pemilu diadakan, panggung politik kita disemarakkan bertaburnya tokoh-tokoh pejabat publik dalam usia emas berkualitas dalam radar pilpres seperti Erick Thohir, Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, Khofifah Parawansa, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan masih banyak lagi. Mereka ini seperti Pak Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta sewaktu 10 tahun lalu, yang juga ikut kontestasi pemilu dalam usia sangat matang untuk memimpin bangsa, tidak terlalu sangat tua, tidak terlalu sangat muda.

Ibaratnya jika mengambil filosofi fase hidup dalam Tembang Macapat Jawa, yaitu Sekar Gambuh. Gambuh adalah salah satu tipikal macapat atau puisi Jawa yang berorientasi mengambil fase kehidupan manusia rentang usia 40an hingga 50an, dimana kebanyakan syair-syairnya bertemakan kebijaksanaan.

Rentang usia ini adalah usia dimana manusia dalam fase kemampuan berpikir terbaik dalam sepanjang hidupnya. Dimana kematangan intelektual berpadu dengan kematangan pengalaman di lapangan, plus kondisi fisik juga masih dalam keadaan prima. Makanya aturan KPU tentang Capres Cawapres sudah cukup jelas menetapkan usia yang layak dalam memimpin bangsa ini.

Namun tak dinyana, hingga akhirnya dari kesekian nama tersebut hanya nama Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang muncul sebagai kontestan. Bukannya mengecilkan nama-nama lainnya, tapi jika dilihat dari usia serta pengalaman menjabat sebagai pejabat publik, mereka berdua adalah nama-nama yang ideal untuk memimpin bangsa ini.

Artinya, jika seandainya presiden terpilih nanti bisa menjabat 2 kali periode alias 10 tahun, maka para golden generation ini rata-rata akan sudah berusia 60 tahunan pada kontes pemilu selanjutnya, sudah agak lewat usia emasnya. Mungkin secara pola pikir masih cukup matang, tapi kemampuan fisik sudah agak menurun. Jadi agak disayangkan, kalau kontestasi pilpres kali ini tidak banyak diisi para pejabat publik berusia matang rentang usia 40-50 tahunan.

Salah satu nama yang saya sayangkan, karena tidak ikut masuk dalam kontestasi Pilpres kali ini adalah pak Erick Thohir. Beliau bisa dikatakan tokoh yang terlihat sangat sibuk beberapa tahun terakhir ini, mulai dari mengambil alih PSSI, mereformasi BUMN, naturalisasi pemain timnas, kemudian menyelenggarakan event-event Internasional seperti KTT, Asian Games hingga Piala Dunia U – 17, dimana kesemuanya ada peran pak Erick Thohir sebagai tokoh sentralnya.

Saya tidak ingin menilai bagus atau tidak kinerjanya, tapi yang pasti beliau memang benar-benar kerja, kerja dan kerja. Bahkan mungkin, dari sekian banyak pekerjaan nasionalnya itu bisa saja ada beberapa yang menggunakan kocek pribadinya dalam pendanaannya, mengingat beliau adalah salah satu keluarga konglomerat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun