Pak, nanti saya siapkan Tank Abrams untuk menggempur Israel
Pak saya mau naik pesawat jet dari sekolah ke Palestina mau bantu korban disana
Pak saya mau beli semua makanan di warung depan terus dikirim ke Palestina
Itulah celetukan-celetukan imajinatif khayalan tingkat tinggi para murid saya pada saat isu Palestina yang sempat menghangat kemarin. Itulah kekuatan dari anak SD, kekuatan khayalan setinggi-tingginya, The power of anak esde.
Sebagai pengajar tingkat sekolah dasar, saya mengamati memang ada keunikan tersendiri dalam hal perkembangan imajinasi dari peserta didik sekolah dasar, utamanya mulai dari kelas 2 sampai kelas 5, yaitu usia transisi dari usia emas menuju ke remaja awal. Gagasan imajinasi mereka berbeda sekali dengan sewaktu mereka masih taman kanak-kanak atau ketika sudah beranjak remaja.
Ketika masih taman kanak-kanak, imajinasi mereka masih sangat terbatas dari apa yang mereka lihat di sekitarnya dan masih dominan diarahkan oleh orang tua atau guru mereka. Sementara ketika beranjak remaja mereka sudah mulai agak rasional dalam berpikir, daya imajinatifnya sudah lebih terarah.
Maka dari itu rentang usia antara usia 7-10 tahun, adalah usia dimana fase perkembangan manusia yang paling suka berimajinasi tingkat tinggi dalam sepanjang hidupnya. Banyak orang tua yang mengabaikan hal ini, bahkan ada yang menganggap aneh kelakuan-kelakuan hiperbolik anak-anak usia ini.
Kalau mau disadari, yang paling aware atau paling perhatian tentang perkembangan imajinasi anak-anak dalam rentang usia ini adalah penjual kaos anak-anak. Lihat saja, kaos anak-anak usia tersebut gambarnya berkisar bertema superhero atau tokoh kartun imajinatif.
Kadang kita perhatikan pola gambar anak-anak seusia ini biasanya sudah tidak lagi gambar dua gunung beserta sawahnya. Pada kelas saya, ketika sesi menggambar bebas, hampir seluruhnya gambarnya adalah imajinatif, bukan lagi meniru sesuatu.
Ada yang menggambar tank yang bermoncong besar ditambahkan rudal serta banyak persenjataan, adapula yang menggambar kapal yang bentuknya aneh dan penuh jendela, ada yang menggambar superhero buatan versinya sendiri.
Di usia ini pula, kisah-kisah horor selalu menjadi topik pembicaraan yang paling seru diantara mereka. Kisah penunggu WC paling pojok, ruang gudang misterius atau sudut gelap samping UKS adalah topik-topik paling 'panas' imajinatif halu tingkat tinggi para anak esde.
Banyak sekali hal-hal imajinatif tingkat tinggi yang selalu dimunculkan anak-anak esde ini, dimana kadang membuat orang dewasa kewalahan menghadapi dentuman-dentuman pertanyaan mereka yang kadang juga sangat hiperbolik.
Lalu apa implikasinya kita sebagai pengajar atau orangtua dalam menghadapi anak-anak esde yang tingkat imajinasinya sangat tinggi ini, apakah ini suatu hambatan pembelajaran atau anugerah anak-anak yang tumbuh sehat mentalnya.