Mohon tunggu...
satria zhilal fierly muchsin
satria zhilal fierly muchsin Mohon Tunggu... Atlet - mahasiswa ikmu komunikasi universitas sumatera utara

weebs

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Post-Truth dalam Dunia Sepak Bola

8 Januari 2023   22:44 Diperbarui: 8 Januari 2023   22:50 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semakin berkembangnya tekhnologi, maka semakin berkembang jugalah penggunaan media digital atau media sosial. Orang-orang menjadi lebih mudah dalam mengakses dan menyebarkan berita diseluruh dunia. Dengan semaki mudahnya kedua hal itu, maka semakin mudah pula orang-orang menyebarkan hoaks dimedia sosial. Begitu pula dalam dunia sepak bola, banyak para jurnalis dan media yang menyebarkan berita hoaks dimana-mana.

Post-truth sendiri memiliki arti post truth adalah suatu era dimana kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran. Caranya dengan memainkan emosi dan perasaan netizen. Tahun 2004, Ralph Keyes, di The Post Truth Era, bersama komedian Stephen Colber juga ngomongin hal yang kurang lebih sama: truthiness. 

Kata ini mengacu kepada sesuatu yang seolah-olah benar, padahal nggak benar sama sekali. Sampai post truth mengalami puncaknya di tahun 2016. Dua peristiwa yang menjadi momentum saat itu adalah keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa (Brexit) dan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Di 2016, post truth bahkan menjadi word of the year di kamus Oxford. Oxford sendiri mendefinisikan post truth sebagai kondisi di mana fakta tidak terlalu berpengaruh terhadap pembentukan opini masyarakat dibandingkan dengan emosi dan keyakinan personal. 

Tentu dengan banyaknya kejadian seperti ini, masyarakat pun menjadi semakin menjadi pintar dan bisa memilih media atau jurnalis mana yag ingin mereka percaya dan ikuti dan yang mana yang harus dihindari. Dengan kata lain, masyarakat sekarang sedang mengalami krisis kepercayaan kepada media dan para jurnalis dalam dunia sepak bola. 

Tentu tidak semua media dan jurnalis itu buruk, pasti ada yang terpercaya seperti Fabrizio Romano, marca, 433, bleacher report dan masih banyak lainnya. Mereka adalah media dan jurnalis yang sangat dipercaya orang orang dalam dunia sepakbola terkait dalam hal transfer pemain, rumor yang beredar dalam dunia sepakbola, masalah antar pemain dan pelatih atau dengan pemain lainnya. Tentu dengan adanya mereka, persaingan antar media dan jurnalis semakin ketat, itulah salah satu alasan mengapa mereka menciptakan "post-truth" agar bisa menarik audence sebanyak mungkin. 

Semua hal diatas sudah pasti berhubungan dengan yang media sosial. Biasanya mereka akan update soal dunia sepak bola di media sosial seperti instagram, twitter, tiktok maupun youtube dan media sosial lainnya. Tentu media dan jurnalis yag menyebarkan hoaks bisa kita salahkan atas semua penipuan yang dilakukannya didunia sepak bola. 

Biasanya dia tidak akan dipanggil atau diundang jika ada press conference baik itu sebelum pertandiangan, saat pertandingan maupun setelah pertandingan. Biasanya mereka akan menyebarkan berita hoaks seperti rumor transfer palsu dari suatu pemain ke klub lain, seperti Cristiano Ronaldo yang katanya akan kembali ke madrid beberapa minggu belakangan, atau messi yang akan kembali ke Barcelona. 

Tentu banyak orang yang senang dengan kedua berita tersebut karena 2 orang itu adalah orang yang sangat berpengaruh dan yang terbaik didalam dunia sepak bola akan kembali bertemu dalam satu liga yang sama dan kembali ke club lamanya masing-masing. 

Tentu kita harus pintar-pintar dan harus semakin pandai dalam mem-filter berita sepak bola yang kita ikuti, kita harus melihat dari siapa berita itu datang, dari media atau jurnalis yang terpercaya atau yang abal-abal dan tidak bisa dipercaya. Meskipun terkadang berita hoaks memang menarik tapi akan terasa lebih sakit ketika kita tau kalau berita itu adalah berita palsu, seperti kita sudah dibawa terbang tinggi lalu dihantam ke tanah dengan keras.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun