Mungkin banyak yang telah mengenal siapa Jonru Ginting, Novelis kelahiran Aceh pada 7 desember 1970 ini adalah CEO Dapurbuku.com, nama asli Jonru adalah Jon Riah Ukur Ginting, namun lebih senang menggunakan nama Jonru Ginting.
Jonru memiliki fanpage pada jejaring social Facebook bernama “Jonru”, pasca Pemilu Presiden kemarin member fanpagenya telah disukai banyak pengguna facebook, hal itu bukan semata karena Jonru adalah publik figur dalam dunia sastra, tetapi kontroversialnya seputar tuduhan terhadap Joko Widodo yang banyak menarik perhatian pengguna jejaring social facebook.
Jonru juga salah seorang Kader PKS, yang sempat berpolemik dengan Novelis Tere Liye karena status Tere yang menyindir PKS, namun hal itu dibantah Jonru, menurutnya kritikan pada Tere Liye bukan karena menyinggung Partai tempatnya bernaung.
Tidak cukup bermasalah dengan Tere Liye, Jonru juga pernah memfitnah penafsir hadist ternama,M. Quraish Shihab sebagai seorang Syiah berlandaskan analisis apologetik Jonru yang hanya seputar retorika tanpa ada proses tabayyun atau menganalisis kabar dengan teliti dan bijak.
Banyak haters fanpage Jonru menuding postingan Jonru semata untuk menarik perhatian publik pasca Pilpres, mengingat Jonru adalah pendukung Capres Prabowo Subianto karena kebetulan PKS partai tempat Jonru bernaung berkoalisi dengan Partai Gerindra yang merupakan rumah politik Prabowo Subianto.
Postingan kontroversial Jonru tanggal 14 agustus 2014 pada fanpagenya kali ini menuai kecaman yang datang dari membernya sendiri, pasalnya Jonru telah memberitakan sesuatu yang belum dibuktikan kebenarannya, dalam fanpagenya Jonru menulis tulisan yang substansinya menulis perusakan rumah saksi Prabowo Subianto, Novela Nawipa asal Papua, yang sedikit aneh Jonru menambahkan bahwa kejadian tersebut tanda kepanikan, Jonru mengandaikan jika kesaksian Novela pada sidang MK terkait Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) adalah bohong maka tentunya tidak ada kepanikan dalam hal perusakan rumah saksi Novela, kepanikan justru tanda bahwa kesaksian itu benar.
Hal ini adalah penggiringan isu melalui opini yang provokatif, pasalnya hingga saat ini pihak yang berwajib belum menemukan siapa yang bertanggungjawab atas perusakan tersebut, seharusnya Jonru sebagai Politisi bisa lebih profesional dalam mengeluarkan argument sehingga terkesan tidak provokatif, mengingat dalam pasal 1 ayat (3) UUD RI tahun 1945 bahwa Negara kita adalah Negara Hukum dan dalam hukum dikenal azas praduga tak bersalah atau seseorang tidak dapat dikatakan bersalah sebelum adanya putusan hakim, bahkan dalam media online Tribunews.com (14/8) Kabid Humas Polda Papua Komisaris Besar Pol. Sulistyo Pudjo mengatakan bahwa rumah Novela Nawipa tidak benar dirusak atau dihancurkan orang tak dikenal, kejadian sebenarnya bukan bangunan rumah, melainkan pagar rumah yang terletak di Kampung Awaputu, Kabupaten Paniai, Papua.
Kejadian tersebut bukan sehari setelah Novela memberi kesaksian pada sidang MK, tetapi sebelum pencoblosan 9 juli lalu.
Sebelumnya informasi terkait perusakan rumah saksi Novela Nawipa datang dari adik kandung Prabowo Subianto yakni Hashim Djojohadikusumo saat Konfrensi pers di Hotel Intercontinental Mid Plaza, Jakarta, Rabu, 13/8/2014 petang. Menurut Hashim
“Saksi yang kita datangkan dari Papua telah mengalami intimidasi, bahkan rumah Novela dihancurkan hari ini ”
Jika hal tersebut tidak benar maka dapat saja Hashim dikenai delik penipuan.
Seharusnya menyikapi hasil rekapitulasi KPU yang memenangkan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla tidak harus dengan penggiringan opini provokatif baik dari Jonru atau Kubu Prabowo yang lainya, mengingat iklim Masyarakat di Daerah Papua yang keras dan rawan konflik seharusnya pemberitaan seperti itu dapat dihilangkan semaksimal mungkin, jika terjadi konflik hanya karena kabar yang kebenarannya masih diragukan tentunya Rakyat Indonesia yang akan dirugikan, bisa saja para pemain dari konflik tersebut akan kabur ke luar Negeri seperti Jordania.
HARUSKAH JONRU MELAKUKAN REVOLUSI MENTAL?
Banyak sekali kontroverisial yang dibangun oleh Jonru Ginting, sebelumnya Jonru pernah memberitakan bahwa Joko Widodo selaku Presiden terpilih Indonesia berdasarkan keputusan KPU Nomor 535/Kpts/KPU/ 2014 ini salah menggunakan baju Ihram saat melakukan Umroh, Jonru mempostingkan foto Jokowi menggunakan ihram terbalik, namun belakangan diketahui foto tersebut adalah hasil editan orang yang tidak bertanggungjawab.
Hal-hal tersebut sangat diluar dari profesionalitas politisi, politisi yang seharusnya cerdas baik secara akademis ataupun secara baik mengkaji informasi yang berkembang harusnya dapat lebih teliti dalam mengekspost berita tersebut, namun berbeda terbalik dari seorang Jonru, tanpa mendalami keaslian berita yang Ia temui entah dari mana datangnya dan seakurat apa objektifitas berita tersebut, Jonru langsung saja mengekspost pada fanpage miliknya.
Seharusnya seorang publik figur tidak melakukan seperti itu, sebagai seorang Kader Partai yang berideologi Islam harus dapat tabayyun dalam meneliti suatu berita, itulah yang diajarkan Islam.
Tidak hanya itu, Jonru juga sebagai seorang penulis harus betul-betul mengaplikasikan kewibawaan dan profesionalitas seorang penulis, penulis yang memiliki slogan “Saling Asah,Asih,Asuh” harus betul-betul direalisasikan, jika Jonru masih tetaplah seperti kepribadian yang sekarang ini, saya hanya berasumsi bahwa Jonru tidak siap menjadi seorang Politisi Partai.
Banyak hal-hal berseberangan dari nilai-nilai Pancasila yang digunakan Jonru sebagai wujud pengabdiannya pada Partai Keadilan Sejahtera yang berafiliasi pada calon nomor urut wahit pada bursa pemilihan Presiden 2014 ini, karena ikatan politik Jonru melakukan apa saja demi meraih perhatian untuk partai dan calon Presiden yang didukungnya, sudah saatnya Jonru sebagai publik figur dapat mengoreksi setiap perbuatan yang dilakukannya, terutama yang berhubungan dengan pemberitaan terhadap lawan politiknya, karena perbedaan dalam berpolitik merupakan wujud dari Demokrasi di Indonesia ini, justru karena perbedaanlah demokrasi semakin memiliki warna, dan dari perbedaan itu kita dapat menata Indonesia ini dengan baik, karena dapat saling mengkritisi setiap upaya yang dilakukan tentunya secara sehat dan berahlak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H