Mohon tunggu...
Satria Zulfikar Rasyid
Satria Zulfikar Rasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang mahasiswa juara bertahan di kampus! Bertahan gak wisuda-wisuda.. mau wisuda malah didepak!! pindah lagi ke kampus lain.. Saat ini bekerja di Pers Kampus. Jabatan Pemred Justibelen 2015-2016 Forjust FH-Unram Blog pribadi: https://satriazr.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Transgender Bukan Transseksual

8 Februari 2016   05:23 Diperbarui: 8 Februari 2016   09:20 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: www.etonline.com"][/caption]

Akhri-akhir ini Indonesia dihebohkan dengan fenomena Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Lesbian merupakan fenomena perempuan yang mengarahkan orientasi seksual kepada sesama jenisnya, gay merupakan lawan dari lesbi, yaitu orientasi seksual antara pria dan pria, kemuan biseksual adalah ketertarikan romantis, emosi, maupun orientasi seksual pada kedua jenis (pria dan wanita), artinya biseksual menonjolkan ketertarikan seksualnya kepada pria dan sekaligus wanita. Sedangkan transgender adalah ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk padanya, atau dengan bahasa sederhananya adalah orang yang biasanya berpenampilan atau berprilaku yang berbeda, tidak sesuai dengan jenis kelaminnya, misalnya wanita berpenampilan seperti pria atau pria yang berpenampilan seperti wanita (waria).

Transgender tidak dapat kita serta merta mengklaimnya sebagai transseksual, transgender juga bukan merupakan orientasi seksual, karena hanya penampilan yang berbeda dari gender asalnya dan belum tentu merupakan suatu transeksual, mereka cendrung merasa terjebak pada tubuh yang salah sejak lahir. Sedangkan transseksual adalah seseorang yang mengidentifikasikan dirinya memiliki kelainan seks sejak lahir, sehingga menyebabkan ia akan mencintai sesama jenisnya atau meluapkan kebutuhan seksualnya kepada sesama jenis.

Transgender memiliki dua perbedaan, ada yang murni sejak lahir menjadi sebagai seorang transgender dan ada juga yang hanya faktor ekonomi menuntutnya untuk menjadi seorang transgender.

Menurut Kepala BKKBN Sugiri Syarief dalam wawancara dengan detikHealth, ia menyebutkan bahwa contoh transgender faktor ekonomi disebabkan karena tuntutan ekonomi mengharuskannya bekerja sebagai transgender.

“Misalnya waria jadi-jadian yang sering mengamen di kaki lima. Sebutan yang lebih sesuai untuk kelompok ini adalah cross dresser, karena ekspresi gender yang dilakukan hanya sebatas penampilan untuk mencari uang dan pada siang hari akan kembali menjadi laki-laki seperti biasa” ujarnya. 

Dalam Islam-pun tidak mempermasalahkan transgender yang sejak lahir memang memiliki kelainan untuk itu, selagi dia bersedia untuk mengobati hal tersebut.

Menurut Al-Imam An-Nawawi Rahimahullahu mengatakan :

” Ulama mengatakan : Al-Mukhonats (transgender) ada dua jenis, Jenis pertama adalah yang golongan yang diciptakan dalam keaadaan seperti itu, dan dia tidak memberat-beratkan dirinya (baca . berusaha) untuk berakhlaq dengan akhlaq wanita, berhias, bicara dan bergerak seperti gerakan wanita. Bahkan hal tersebut merupakan kodrat yang Allah ciptakan atasnya, maka yang seperti ini tidak ada ejekan,  celaan, dosa dan hukuman baginya karena sesungguhnya dia diberi udzur karena dia tidak membuat-buat hal tersebut. Jenis kedua dari Al-Mukhonats yaitu yang kodratnya tidak seperti itu, bahkan dia berusaha berakhlak, bergerak, bertabiat dan berbicara seperti wanita dan juga berhias dengan cara wanita berhias. Maka ini adalah tercela yang telah datang hadits yang shohih tentang laknat (terhadapnya)” (Syarh Shohih Muslim (7/317) secara ringkas).

Sehingga disini jelas bahwa transgender tidak selamanya transseksual, kehebohan fenomena LGBT cendrung karena masyarakat awam belum paham tentang kelainan seksual tersebut, masyarakat cendrung mengklaim LGBT adalah suatu hobby atau trend karena ketidaktahuan yang dalam terkait LGBT, sehingga masyarakat membutuhkan suatu penyadaran terkait maindset (pola pikir) mereka sehingga tidak serta merta menyudutkan atau menghujat LGBT.

Baca Juga:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun