Tentu masyarakat akan menilai apa sebenarnya urgensi yang sesungguhnya dari tindakan-tindakan yang dilakukan aparat, dan bahaya ketika masyarakat menilai bahwa ini permainan teror yang urgensinya untuk mengalihkan perhatian publik terhadap hal-hal tertentu, dan lebih bahaya lagi ketika masyarakat beranggapan bahwa hal ini untuk menarik dana negara kontra (kapitalis) untuk memerangi musuh yang sebenarnya tidak ada.
Kita sangat berharap aparat kita dapat begitu peka keadaan yang sebenarnya, mana yang benar dan mana yang salah, mana Kurawa dan mana Pandawa, mana musuh dan mana kawan. Belajar dari zaman kegelapan yang melanda Eropa, di mana Kaisar Justianus mengeluarkan aturan melarang ajaran filsafat apa pun di Athena, semua buku filsafat dimusnahkan, sekolah filsafat ditutup, termasuk Akademi Plato, hasilnya ide menjadi mati, dan peradapan ditutupi kabut gelap.
Indonesia sudah terlalu lama menderita, baik oleh ulah bangsa luar maupun pada internal bangsa itu sendiri. Teringat sebuah film berjudul “Freaks of Nature” menceritakan dalam sebuah kota yang terdiri dari bangsa Manusia, Vampir, dan Zombie. Di sana terjadi stratifikasi kelas, bangsa Vampir merupakan kelas pertama, Manusia kelas kedua, dan Zombie kelas ketiga yang selalu menjadi budak dan tertindas. Ini mengingatkan kita pada masa kolonial Belanda, memberlakukan asas konkordansi, membagi penduduk menjadi tiga bagian. Golongan Eropa; Timur Asing; dan Pribumi. Pribumi diibaratkan seperti Zombie yang terhina dan menderita, bahkan setiap tempat istimewa di wilayah kolonial terdapat tulisan “Verboden Voor Honden en Inlanders” yang artinya “Dilarang Masuk untuk Anjing dan Pribumi”. Itu menandakan kita terlalu lama menderita sehingga tidak pantas dibuat penderitaan baru atas urgensi apa pun dan siapa pun.
Beberapa menit yang lalu tulisan penulis telah diterbitkan di website ini: (Justibelen)
Refrensi:
- https://rumahfilsafat.com/2015/11/21/mendidik-dendam/
- https://eseinosa.wordpress.com/2016/02/29/phronemophobia-indonesia/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H