Mohon tunggu...
Satria Zulfikar Rasyid
Satria Zulfikar Rasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang mahasiswa juara bertahan di kampus! Bertahan gak wisuda-wisuda.. mau wisuda malah didepak!! pindah lagi ke kampus lain.. Saat ini bekerja di Pers Kampus. Jabatan Pemred Justibelen 2015-2016 Forjust FH-Unram Blog pribadi: https://satriazr.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagusan Mana, Artikel Disukai Admin Atau Disukai Publik?

11 Februari 2016   18:56 Diperbarui: 12 Februari 2016   22:13 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: ©shutterstock"][/caption]Kepuasan menulis di Kompasiana tentunya ketika tulisan tersebut masuk artikel pilihan Kompasiana, atau lebih mantap lagi ketika artikel tersebut masuk  Headline di Kompasiana, serasa bagaikan terbang di langit ke tujuh, setelah itu tulisan yang telah diberi label headline tersebut dengan mantapnya dibagikan ke fanpage facebook Kompasiana, tentu sangat menarik.

Tapi yang menjadi pertanyaan, lebih bagus yang mana antara artikel yang disukai admin Kompasiana (diukur dari label pilihan, headline, dll) atau artikel yang disukai publik (ditandai banyak pembaca dan banyak yang bagikan)?, pertanyaan itu menjadi pertanyaan yang mendasar, bahkan tidak jarang banyak penulis lebih memerlukan artikelnya banyak yang baca dan bagikan dibanding hanya nongol dengan estimasi 1-2 jam di rubrik headline.

Saya memiliki contoh artikel pribadi saya, dimana saya akan memberi contoh artikel saya yang diberi label pilihan (tentunya karena saya tidak pernah dapat label headline) dan artikel yang tidak diberi label apapun namun laku di pasar dunia maya, sebagai contoh artikel baru saya dengan judul HPN 2016, Apakah Acara Makan-makan Saja?, ini diberi label pilihan, namun hanya dibaca 71 orang, termasuk 21 kali saya bolak-balik membukanya, sehingga jumlah pembacanya naik, dan artikel ini juga dibagikan ke facebook sebanyak satu kali, ke twitter satu kali, ke akun google satu kali dan ke linkedin satu kali, itu semua adalah akun pribadi saya yang bagikan.

Namun berbeda dengan artikel saya yang tidak diberi label apapun oleh admin, sebagai contoh artikel Mahasiswa IPK Rendah Berpotensi Jadi Politisi?, walaupun artikel baru pagi tadi dibuat, namun sudah dibaca sebanyak 477 kali dan dibagikan ke facebook sebanyak 284 kali, atau artikel berjudul Strategi Jonru Dalam Merusak Citra Islam, artikel tersebut telah terbaca sebanyak  8.602 kali, dengan komentar sebanyak 15 dan dengan nilai sebanyak 20, dan lebih fantastis artikel ini sudah dibagikan ke facebook sebanyak 1.404 kali, sangat menarik bukan?.

Sebenarnya yang ingin saya katakan bahwa antara artikel yang disukai admin dan disukai publik tergantung pilihan, ketika seorang penulis betul-betul konsisten dengan norma dan etika kepenulisannya maka dia akan menulis artikel yang betul-betul substantif, dan itu akan diapresiasikan oleh admin dengan menempatkan artikel tersebut pada rubrik tertentu. Tetapi ketika contoh artikel saya terakhir tadi adalah hanya menjual dari judulnya, memanfaatkan moment tertentu untuk menggaet hati pembaca, dengan cara memberitakan hal yang kontroversial namun menjadi daya tawar, karena masyarakat Indonesia cendrung menyukai berita yang kontroversial ketimbang substansial dan banyak manfaat.

Risiko bagi artikel saya terakhir tentu tidak akan pernah diterima di media manapun, karena kaidah kepenulisan saya tabrak dengan hadirkan bumbu-bumbu kontroversial pada artikel, walaupun banyak yang tertarik membaca, itu karena nilai kontroversialnya, bukan karena substantif yang solutif pada artikel, penulis yang baik tidak akan melakukan hal itu, namun karena akun kompasiana saya baru dan yang lama telah banyak saya lupa email dan kata sandi maka saya mencoba hadirkan bumbu kontroversial agar daya tawar pada awal akun ini menjadi fenomenal.

Begitu juga starategi Jonru dalam mempromosikan dirinya, dahulu postingan di fanpagenya santun dan hanya berisi motivasi menulis, namun justru produk itu tidak laku di publik, karena publik menginginkan yang kontroversial ketimbang yang motivatif, maka haluan strategi dalam promosi produk Jonru dimulai dengan hal-hal yang kontroversial. Dengan sekejap member fanpagenya berlipat ganda, dan itulah kecerdasan Jonru yang sebanarnya, memainkan moment Pilpres 2014 untuk menggaet publik tertarik pada fanpagenya. Walaupun isi tulisan Jonru tidak substantif, namun harus diakui kecerdasannya dalam menggaet konsumen.

Hal itu juga yang saya ragukan dengan pidato Jokowi pada puncak perayaan HPN 2016 di Lombok/NTB. Pesan dalam pidato tersebut bahwa pers harus membangun optimisme bangsa melalui pemberitaanya, itu bagus, sekaligus mempercepat tenggelamnya pers, karena karakter masyarakat Indonesia dalam tertarik pada suatu berita karena ada kehadiran poin kontroversial pada isi berita tersebut. Masyarakat Indonesia akan lebih tertarik pada berita yang kontroversial dan mengandung suatu peristiwa yang dasyat, masyarakat lebih tertarik membaca kopi sianida dibandingkan membaca panen petani membaik, oleh karena itu pers akan menghadirkan berita sesuai dengan permintaan masyarakat, jika memaksakan diri dengan berita yang tidak disukai masyarakat maka media tersebut tidak akan laku.

Oke, terlalu jauh pembahasan kita, kembali ke topik artikel ini, bahwa antara artikel yang disukai admin atau artikel yang disukai publik tergantung kualitas penulisnya sendiri, bisa saja dengan kecerdasan para penulis di Kompasiana dapat memanfaatkan artikel yang menarik bagi admin dan juga menarik bagi publik, tentunya itu sangat berkesan.

Oleh karena itu, seorang penulis yang baik tidak hanya mendobrak kaidah kepenulisan untuk menggaet hati publik semata, namun juga berjalan sesuai dengan kaidah kepenulisan yang baik dan benar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun