Mohon tunggu...
Satinisa Sa
Satinisa Sa Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahasiswa UNAIR Berbisnis Kain Tenun dari Daur Ulang Serat Pohon Pisang

5 Juli 2017   11:40 Diperbarui: 5 Juli 2017   11:48 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap bulan, bisnis ini mampu meraup omset antara 3-5 juta rupiah. Soal desain, mahasiswa FK UNAIR angkatan tahun 2013 ini melibatkan sejumlah desainer muda, namun tak jarang pula Wulan ikut urun mendesain.

"Pemilihan tergantung tema per-season. Setiap tiga bulan sekali ganti season. Ada yang hanya outer saja, ada yang kombinasi border. Next season, kami mau full colour dengan menggunakan pewarnaan dari alam," jelasnya.

Untuk satu potong busana tenun, Fibrinana membandrol harga mulai dari 300 ribu hinggs 1 juta rupiah, tergantung pada kombinasi bahan yang digunakan.

"Ada yang kombinasi serat dan anyaman tangan, ada juga yang kombinasi serat dan leather, atau serat dan sutera. Yang paling mahal adalah yang menggunakan bahan serat 100 persen tanpa kombinasi apapun," ungkapnya.

Saat ini, Fibrinana bekerja sama dengan sejumlah caf di Jakarta, sebuah sekolah musik dan rekaman studio di Bandung, beberapa caf di Malang dan Surabaya, serta skincare di Surabaya. Sistemnya, ketika menjadi membercard Fibrinana, akan mendapatkan diskon ketika berkunjung ke tempat tersebut.

Sebagai pemula dalam menjalankan bisnis Clothing Line, Wulan tak ragu bersaing. Slogan eco green, recyle, back to nature yang sering digaungkan oleh perusahaan luar negeri rupanya semakin memotivasi Fibrinana untuk mampu bersaing dengan produk luar.

"Masyarakat di Thailand mempunyai kain khas yang terbuat dari serat nanas. Kami pun juga sedang mengembangkan kain dari serat pohon pisang. Dua-duanya sama-sama memanfaatkan bahan limbah menjadi produk bernilai jual tinggi. Pembuatan baju Fibrinana yang berbahan alam ini juga bersifat organik serta dapat membaur bersama tanah ketika sudah tidak dipergunakan," ungkapnya.

Dari pengamatannya sejauh ini, sebenarnya banyak sekali produk luar negeri yang menggunakan bahan dan tenunan hasil Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Mereka membeli bahan dari Indonesia dengan harga yang murah namun dijual kembali dengan harga jual yang lebih tinggi.

"Mayoritas produk luar hanya mengunggulkan pewarnaan dan paperbag-nya yang menganut budaya tersebut. Sementara Fibrinana mempunyai nilai plus yaitu pemakaian bahan alami, yakni serat pohon pisang.  Sementara di Indonesia, kompetitor yang bermain dengan bahan dasar alam masih terbatas. Maka dari itu peluang besar Fibrinana untuk menguasai market tersebut," jelasnya.

Sampai Ke Praha

Sejak dua tahun berdiri, busana tenun Fibrinana telah banyak menerima pesanan dari berbagai wilayah di Indonesia hingga luar negeri, seperti Jakarta, Surabaya, hingga Praha. Wulan sendiri bahkan pernah diundang mengisi beberapa acara talk show inspiratif, dan meraih Top 5 Enterpreneur by Madeinkampus. Bukan hanya itu, Wulan juga berkesempatan featuring dengan designer busana asal Singapura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun