Saya tegaskan bahwa Pilkada DKI 2024 tak hanya meninjau sisi kandidatnya. Tapi tak kalah penting adalah meninjau sosok-sosok kingmaker di belakang mereka.Â
Pilkada DKI Jakarta bukan sekadar pesta demokrasi lima tahunan; ia adalah panggung sejarah bagi pemimpin-pemimpin yang akan menahkodai ibu kota negara. Namun, di balik para kandidat, terdapat sosok-sosok kingmaker yang memainkan peran krusial dalam percaturan politik. Siapa mereka, dan bagaimana kontribusi mereka terhadap perjalanan bangsa ini?Â
Ridwan Kamil - Suswono: Harapan Baru Bersama Dua NegeriÂ
Ridwan Kamil dan Suswono, atau "R1DO Juara," tidak hanya membawa visi segar untuk Jakarta, tetapi juga didukung oleh dua nama besar: Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Dua sosok ini, meski kerap berseberangan dalam panggung politik, memiliki rekam jejak yang berlapis kontribusi untuk negeri.Â
Prabowo Subianto, sang Menteri Pertahanan, telah memahat sejarah dalam memperkuat pertahanan Indonesia di tengah geopolitik yang kian rumit. Di bawah kendalinya, Indonesia tak lagi hanya menjadi penonton dalam percaturan global. Investasi dalam modernisasi alutsista dan diplomasi pertahanan menjadikan Indonesia diperhitungkan sebagai kekuatan di Asia Tenggara.Â
Di sisi lain, Joko Widodo, Presiden dua periode, adalah simbol pembangunan masif dan transformasi infrastruktur. Tol, bandara, hingga pelabuhan menyatu dalam visi besar menjadikan Indonesia terkoneksi. Jokowi tak hanya membangun fisik, tetapi juga menghadirkan semangat gotong royong yang menyatukan masyarakat lintas golongan.Â
Kombinasi Prabowo dan Jokowi sebagai kingmaker untuk R1DO Juara bukan sekadar simbol kerja sama lintas spektrum politik, melainkan cerminan dari kepentingan bangsa yang mengatasi ego sektoral. Harapan besar bertumpu pada Ridwan Kamil dan Suswono untuk menjadikan Jakarta sebagai kota yang tidak hanya maju secara fisik, tetapi juga ramah bagi warganya.Â
Pramono Anung -- Rano Karno: Paradoks di Balik PanggungÂ
Di sisi lain, pasangan Pramono Edhie Wibowo dan Rano Karno juga mencuri perhatian. Namun, kehadiran Anies Baswedan sebagai kingmaker mereka menjadi ironi besar. Anies, yang dikenal dengan politik identitasnya di masa lalu, kini memosisikan diri sebagai pendorong di balik layar bagi duet ini.Â
Sejarah mencatat, kemenangan Anies di Pilkada 2017 meninggalkan luka mendalam. Retorika politik identitas yang digunakannya menciptakan polarisasi tajam di masyarakat. Narasi "pribumi" yang dilontarkannya saat pidato kemenangan bukan hanya mengusik, tetapi juga membunyikan alarm tentang masa depan keberagaman di Jakarta. Anies menjadi simbol perpecahan yang, hingga kini, masih membayangi hubungan antarwarga ibu kota.Â