Istilah insecure sudah tidak asing lagi khususnya di kalangan generasi Y dan generasi Z. Insecure adalah perasaan dimana seseorang merasa tidak percaya diri, cemas atau gelisah karena meragukan diri sendiri, hingga merasa 'kalah saing' dengan orang lain.
Jadi, apa kalian pernah merasa insecure? Apa kalian pernah mendengar keluhan orang terdekat yang mengatakan kalau mereka sedang insecure? Atau kalian pernah melihat komentar insecure netizen media sosial di sebuah konten mengenai public figure yang tengah berjaya?Â
Contoh nyatanya, kalian bisa memeriksa postingan di media sosial saat aktris sekaligus penyanyi terkenal Indonesia, yaitu Maudy Ayunda tengah wisuda, kalian akan menemukan komentar yang berbunyi, "Keren ya Maudy, udah cantik, pintar lagi", atau "Insecure sama Maudy sampai nangis," dan komentar lain yang bernada serupa. Padahal, kita tidak tahu bagaimana struggle seorang Maudy Ayunda sampai ia ada di titik yang membuat kita insecure.
Sebetulnya, insecure bukanlah perasaan yang salah atau dilarang. Insecure bahkan bisa membuat kalian semakin terpicu untuk upgrade diri menjadi versi yang lebih baik.
Yang dilarang itu adalah insecure berlebihan karena dapat berdampak pada kesehatan mental kalian. Berdasarkan studi psikologi, rasa insecure berlebihan dapat menyebabkan depresi, selalu merasa lebih kecil dari orang lain, hingga sulit merasa bahagia karena pemikiran negatif yang diciptakan sendiri. Umumnya, seseorang merasa insecure karena sering dibanding-bandingkan dengan orang lain, merasa seseorang lebih pintar, atau lebih good-looking daripada mereka.
Klise namun inilah yang sesungguhnya, bahwa sejatinya Tuhan menciptakan kita semua dengan kapasitas dan kemampuan yang berbeda-beda. Itulah mengapa ada yang pintar di bidang akademik, ada pula yang pintar di bidang non-akademik. Kita tidak bisa insecure dengan kelebihan orang lain, karena kelebihanmu sendiri pun belum tentu dimiliki orang lain.
Apakah kalian pernah memiliki teman yang pintar Matematika, tapi tidak mahir Seni Budaya seperti bernyanyi? Sebaliknya, teman kalian yang mahir bernyanyi, tidak mahir Matematika? Itulah kelebihan dan kekurangan tersebut, yang sebenarnya tidak perlu menjadi alasan untuk insecure, tetapi menjadi alasan untuk berkolaborasi. Jika mereka yang jago Matematika dan jago bernyanyi berkolaborasi menghasilkan suatu karya yang bermanfaat untuk banyak orang bukankah indah? Contohnya, kolaborasi membuat lirik lagu berisikan rumus Matematika yang berpeluang untuk mudah diingat.
Coba bayangkan jika dunia ini hanya menghadirkan orang-orang yang pandai Matematika, pandai menghapal pelajaran Sejarah, maupun menghapal unsur Kimia? Sedangkan tidak ada yang memiliki keahlian melukis, membuat lagu, atau menulis cerpen, bagaimana monotonnya dunia ini karena tidak ada hiburan di kala suntuk? Karena itu, dimanapun kelebihan kalian, baik itu di bidang akademik maupun non-akademik, kalian wajib bersyukur karena kelebihan setiap orang akan membuat hubungan lebih harmonis dengan kolaborasi dan saling melengkapi.
Contoh lain, bayangkan jika si A yang jago bermain gitar merasa insecure dengan si B yang bersuara emas. Dan diam-diam si suara emas juga merasa insecure dengan si A karena baginya jago bermain gitar itu suatu hal yang keren. Daripada saling insecure, akan indah kalau mereka saling berkolaborasi yaitu duet yang berpeluang untuk menghasilkan cuan. Bukankah lebih bermanfaat?
Bermigrasi membahas insecure mengenai fisik, tentu tidak ada habisnya karena penilaian akan fisik bersifat relatif. Untuk kalian yang merasa diri kalian tidak berparas rupawan atau good-looking, apakah kalian yakin? Apa kalian benar-benar yakin kalau diri kalian tidak good-looking? Apa kalian benar-benar yakin orang lain di luar sana tidak menilai kalian good-looking?