Jihad Jempol, Sebagai Suatu Pose Dalam Potret, Lawan Hoax, Isu Syara & Ujaran Kebencian.
Jihad jempol merupakan ikhtiar atau upaya gerakan dalam menggunakan jempol dengan konteks positif terhadap akun atau bahkan sosmed tertentu yang dirasa memberikan edukasi dan berdampak pada kemajuan dengan mempertimbangkan keberlangsungan kesatuan dan persatuan sebagai suatu bangsa.
Pertamakali dipopulerkan oleh ketua umum PB PMII atau Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yakini sahabat Abdulah Syukri pada momentum pelantikan kepengurusanya di pertengahan 2021 silam.
Disampaikan pada orasi pertamanya, sebagai sebuah tanggapan akan dinamika situasi politik saat itu, dimana maraknya peredaran berita Hoax, isu syara dan ujaran kebencian yang banyak beredar di media sosial.
Tentunya organisasi kemahasiswaan yang satu ini berperan penting, aktif dalam menjaga kebhinekaan dimana dampak dari banyaknya berita Hoax ataupun isu syara yang menyinggung masalah sensitif seperti persoalan agama, ras dan suku ini berindikasi dalam memunculkan gejolak perpecahan, hingga langkah antisipasi itu dimunculkan yakini jihad jempol, ini adalah upaya mengajak seluruh kader dan anggota khususnya juga seluruh masyarakat yang peduli, agar bijak dalam menggunakan jempol sebagai simbol dukungan pada suatu konten yang membangun, hingga diharapkan minimalisir terjadinya isu - isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.
Kemudian ini dirasa relefan bagi kader PMII pada masa itu, dimana organisasi PMII menjadi organisasi kemahasiswaan dengan kader dan anggota terbesar di indonesia, yang pada kiprahnya kerap menjadi garda terdepan dalam merawat kesatuan dan persatuan, khususnya dari kalangan sarungan.
Jihad jempol ini juga sesuai dengan paradigma PMII yakini Paradigma Kritis Transformatif, dimana didalamnya mengasah nalar berpikir mahasiswa khususnya kadernya untuk kritis dalam suatu gagasan dan bisa mentransformasikan gagasan tersebut menjadi suatu konsep yang relefan dengan seiring perkembangan zaman.
Mendekati tahun politik admin sengaja mengangkat isu ini kembali agar bisa menjadikan edukasi, akan pentingnya mencerna terlebih dahulu pemberitaan di sosial media serta memilih dan memberikan dukungan pada konten yang berdampak positif, serta menjauhi konten yang berbau atau berdampak pada hal negatif seperti Berita Hoax, Isu Syara dan Ujaran Kebencian.
Demikian semoga bermanfaat, salam sejahtera bagi kita semua, mudah - mudahan konten negatif mampu di minimalisir keberadaanya serta pengaruhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H