Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Shock

8 April 2012   17:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:52 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liburan hari ketiga, aku di rumah saja. Ketika, pagi jelang siang, aku kedatangan suara mesin motor masuk, bersamaan aku akan keluar. ternyata, motor bebek mereknya Honda warna hitam yang mengendarai temanku namanya Eko. Motornya bunyinya aneh, koq bisa tahu? Sebab aku kan di luar saat dia tiba. Bukan aku ada maksud menyambut dia datang, itu hanya kebetulan yang tidak di sengaja. Ketika itu, aku mau warung beli rokok. Apa tidak ada yang di suruh? Tidak ada, kan hari libur. Nyonya rumah dan anak-anak ke tempat embahnya, liburan disana. Jadi aku di rumah sendirian, mbujang, asik ketak-ketik santai. Santai tidak juga, dua hari ini aku di teror SMS, pagi, siang, sore dan malam di SMS instruksi ini itu. biasalah Nyonya rumah, maunya rumah rapi, bersih. Sebab bila tiba nantinya, rumah sudah rapi, itu maunya, bila tidak bisa ngabeg sampai tiga bulan. Jadi walau sendiri semuanya serba sendiri, ya..iya lah wong sendirian, jadi ingat lagu dangdut ‘makan-makan sendiri, tidur-tidur sendiri’ lupa siapa penyanyinya, ada yang tahu? Cape dech. Up...ngelantur.

“Tumben datang, apa kabare” dan lain-lain ucapku ketika Eko turun dari motornya,  tentunya setelah mematikan mesin motornya. Seperti biasalah bila kamu bertemu teman lama di dunia nyata, gimana coba...kata pembukanya? Jadi seperti itulah bila ada teman datang. Dia dan aku sama-sama sudah punya istri, anak dan rumah, tentunya juga sudah sama-sama kerja. Tapi, bincang-bincangnya tidak bisa aku tulis semua disini, nanti jadi nglantur. Jadi?.

Dari bicara ngalor-ngidul akhirnya fokus pada motor yang bunyinya aneh, bila aku tulis suara itu akan di tulis seperti ini ‘klikklikkk’ yah seperti itulah contohnya, atau silahken di bayangkan sendiri seperti apa suara mesin aneh, coba hitung 1 2 3 mulai ‘bayangkan suara mesin aneh itu’......selesai, amin.

Waktu dia tiba sekitar pukul 08.00, mau apa coba? Dia datang kerumahku?, ‘kurang asem’ dalam pikirku sambil ngudek kupi dengan gelas pakai tadi malam yang belum sempat aku cuci bersih, ssstt cucinya Cuma di obyok-obyok. Cerita punya cerita dia lagi senasib denganku, sudah dua hari di tinggal oleh nyonyah dan anak, liburan ke tempat saudaranya, gara-garanya saudaranya ‘sok’ perhatian tanpa memikirkan orang lain yaitu suaminya yang ogah jalan ke tempat saudaranya, jadilah dia sendiri di rumah, seperti tumbu ketemu tutup. Aduh, tadi aku sampai lupa mau ke warung beli rokok, jadilah temanku, aku sandera dia menunggui rumah, jelas tak mungkinlah ke warung membawa rumah.

Kembali dilanjutkan ke bunyi motor yang tadi sudah dibayangkan, menjadi topik pembicaraanku dengan Eko. Itupun setelah nyruput kopi dan udud.

“motormu tidak pernah di serpis apa?” tanyaku sambil aku dekati tunggangannya, aku sedikit sok perhatian.

“nda pernah, lupa kapan terakhir di serpis” jawabnya, sambil nyulet udud.

“ah payah kamu, punya motor ya.. mbok di serpis, pantes istrimu sering ngomel-ngomel terus”

“apa hubungane?”

“ada banget, tadi kamu cerita istrimu sering ngomel-ngomel, kurang servis juga kali?”

“hus, cerita itu jangan kau tulislah, awas!” aku ngakak melihat wajah dan matanya agak melotot, ‘kelihatan belum sarapan’ dalam pikiranku.

“ini paling suara dari dalam mesin sudah pada kendor” sambil aku jongkok di samping motornya, sok ahli. Motor aku stater, tentu masih berbunyi aneh yang terdengar, kan belum di betulin.

“bisa betulin ndak?” tanyanya, sambil ikut jongkok.

“masalah mesin, kecil. Paling sebentar aku bongkar, jadi” sambil aku tatap matanya.

“ya sudah mumpung masih pagi” tanganya sambil mematikan motor. Aku berdiri masuk dalam rumah, mengambil alat-alat, seperti kunci pas, obeng, tang, yang tentunya berguna untuk membongkar mesin motor.

Ketika lagi bongkar-bongkar, aku mendengar dari perutnya Eko, bila di tulis seperti ini “kruyuk-kruyuk’ itu lhoo, suara orang kelaparan. Demi mendengar rengekan cacing dalam perut sohibku, aku masuk dalam, yang di tuju tempat cuci tangan. Buka kulkas, ambil bandeng, telor, bawang merah, bawang putih, cabe, trasi, garam, daun salam, laos, sawi putih dan cobek + uleganya. Sohibku nyusul dalam dapur.

“Mau masak apa? sini aku ikut belajar masak?” dia tanya, sambil ikut-ikutan menata.

“Masak sayur, goreng bandeng buat sambel terasi” jawabku sambil instruksi ini itu, tentunya setelah dia aku suruh cuci tangan dengan sabun cuci. Jadilah dia aku jadikan asisten dadakan meracik itu semua bumbu, aku hanya menonton. sampai akhirnya jadilah sayur oseng sawi putih, sambal trasi. Siang jelang tengah hari baru selesai, dia yang masak kalau aku yang masak sudah selesai dari tadi dan akhirnya kami makan di dapur, gaya koboi, ambil sayur di wajan, ambil bandeng goreng di serok (itu lho yang biasa untuk angkat masakan goreng-gorengan), sambalnya langsung dari cobek besar. Nasi sisa kemarin malam, yang masih panas dalam magic jar dan layak di makan.

“enak banget, pas benar-benar, perpaduan rasa sayur sawi putih, sambal dan ikan bandeng, ruaar biasa” dia bergaya ahli kuliner, sambil tangannya ambil ikan bandeng lagi, ambil nasi, ambil bandeng, ambil sambel, tambah nasi, nasi ada sisa ambil sayur dan terus dan terus. Akhirnya terkapar kekenyangan, demikian aku juga.

Seperti biasa bila bapak-bapak selesai makan, asal taruh piring bukanya nyuci tapi ambil udud, duduk-duduk dan siang itu terus merangkak, teriknya berganti mendung, sampai ruang dapur harus dinyalakan lampunya, karena gelap. Dering HP Eko bunyi. Dia terima telp didekatku jadi aku dengar, istri dan anaknya sedang dalam perjalanan pulang, minta di jemput di terminal pukul 15.00 WIB.

“aduh! Motorku?” sambil berdiri, melangkah ke teras depan. Terlihat jam dinding Pukul 14.25 WIB, dia bingung dan seperti baru sadar dari tidur, mendung tebal terlihat di langit tinggal tunggu ada provokator pasti jatuh hujan.

“kenapa motormu?” tanyaku sambil mengikuti dibelakangnya

“lha itu di bongkar, sebentar lagi bojoku minta dijemput, mati aku!” ucapnya seperti orang bingung. Jelas bingung, rumahnya dalam gang cukup jauh dari jalan raya dan hanya cukup untuk motor. Seperti biasa bila pulang dari tempat mertua pasti bawaanya banyak. Aku kaget, HPku di atas meja ikut bunyi, aku angkat. Anak biniku pun sedang dalam perjalan pulang, diantar saudaranya, sudah dekat.

Maka gemparlah aku “Ek, aku mau beres-beres rumah dulu, ndoro kanjeng pulang” sambil lari ke arah dapur, di dapur lari ke ruang tamu, bingung mau yang mana dulu di kerjakan. Dalam bingungnya aku hampir tabrakan sama Eko “Itu motorku gimana?” sambil tangannya narik tanganku “Lho nanti aku mau cuci-cuci gerabah, belum nyapu, belum beres-beres kamar” aku melihat wajah Eko merah seperti udang rebus, dan kami kaget mendengar suara air jatuh dari langit, hujan langsung mengguyur. Tanpa komando kami memasukkan perkakas motor beserta perangkatnya di taruh di ruang tamu demikian juga motorku. Dimana lagi naruh, atap teras belum belum ada atapnya.

Jadilah rumahku tipe 36 ruang tamunya penuh, hujan semakin membesar. Aku terduduk lemas, melihat ruang tamu seperti baru kena bom, berantakan. Di luar suara hujan angin dan petir menggelegar, diikuti dering Hpnya Eko, dan suara klakson mobil yang berhenti di depan rumah. Aku dan Eko hanya saling bertatapan, dalam benakku ‘jelas tiga bulan tidak akan dapat jatah malam’.

.

.

Purwokerto, 8 April 2012

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun