Purwokerto, Pak Slamet Akhmad Mukhyidin alias Pak Ayo (65), beranak enam dan tujuh cucu. Profesi sebagai tukang bangunan bisa dikatakan memenuhi sosok pejuang lingkungan hidup di lingkungan desa. Ia mengorbankan banyak waktu dan tenaganya untuk lingkungan. Sejak tahun 2012 hingga kini ia mengelola Bank Sampah Bintang Sembilan (Bank SBS). Tak sekedar bagi kepentingan warga Desa Berkoh, Purwokerto tempat tinggalnya tetapi sudah melebarkan sayap ke wilayah lain. Kini ia sudah membawahi 95 komunitas sampah di berbagai wilayah di Purwokerto.
Setiap hari Sabtu dan Minggu Pak Ayo berkeliling dengan kendaraan roda tiga secara bergiliran mengambil sampah ke komunitas pengepul sampah tidak hanya RT di desanya, tapi di komunitas yang berada di sejumlah desa. Di antaranya di komunitas PKK Idaman Desa Purwosari, Al Idris Desa Sumampir, Bugenvile Kel Purwanegara, Bunga Tanjung di Desa Tanjung dan wilayah lainnya. Sampah tersebut lalu diangkut ke gudang khusus sampah yang letaknya tidak jauh dari rumahya. Aktivitasnya itu dilakukan kerja sebagai tukang kayu.
Di gudang itulah sampah dari nasabah dan 95 komunitasnya dipilah-pilah menurut jenisnya. Sampah yang sudah dipilah-pilah ditimbang dan kemudian dikemas. Tidak sedikit ibu-ibu di sekitar di rumahnya ikut membantu menimbang dn mengemas sampah. Ia memang berusaha memberdayakan ibu-ibu di sekitarnya. "Daripada ngrumpi yang tidak jelas ujung pangkalnya kan lebih baik bekerja mengemas sampah," ujar Pak Ayo, Minggu (24/5/2016).
Di tahun 2015 sampai bulan Mei, sampah yang rumah tangga yang dikumpulkan rerata setiap bulan mencapai 15 ton.
[caption id="attachment_420461" align="aligncenter" width="394" caption="Kegiatan menimbang sampah di komunitas RT V/II Berkoh. Dok. Bank SBS"]
Sekelumit latar belakang Pak Ayo bergelut dengan sampah
"Saya ahli pajeg, Pak", tuturnya membuka obrolan dengan penulis ketika ditanya awal mula jadi "manajer Bank". "Apa itu pajeg." Pak Ayo yang kocak menjelaskan apa yang dimaksud dengan istilah "pajeg". Istilah pajeg berasal dari akronim bahasa Banyumas yang berarti "apa-apa jeg".... yang artinya  'apa saja dikerjakan'. Dan menurut penuturannya, gagasan mula timbul di awal tahun 2012 dari pertemuan rutin pengurus masjid Pos Daya Al Barokah. Salah satu pengurus masjid Pak Sulhan Chakim dosen STAIN Purwokerto mengusulkan kegiatan pemberdayaan warga khususnya di RT V/II mengajukan berbagai usulan kegiatan di antaranya peternakan, pertanian, bank sampah, dan koperasi. Usulan pendirian Bank Sampah menarik minat Pak Ayo, gayung pun bersambut, saat itu juga dibentuk kepengurusannya dan Pak Ayo didapuk jadi motor penggeraknya sekaligus dijadikan ketuanya.
[caption id="attachment_420470" align="aligncenter" width="395" caption="Cikal Bakal Bank Sampah Bintang Sembilan. Pak Ayo dalam lingkaran, 2012. Dok. Bank SBS"]
Kegiatan ini tidak serta-merta jalan. Oleh ketua pengurus Masjid, Pak Ayo diikutkan pelatihan manajemen bank sampah di STAIN Purwokerto dan magang teknik memilah-milah sampah di Bank Sampah Peduli Akan Sampah (PAS) Desa Arcawinangun, Purwokerto Utara. Sembari magang, mulai merintis mengumpulkan sampah di lingkungan RT-nya dan sementara menginduk ke Bank PAS. Rintisan awal terkumpul 40 Kepala Keluarga, dalam satu Minggu rerata 400 Kg sampah berbagai jenis dan di akhir bulan total 1.600 Kg disetorkan ke Bank PAS Arcawinangun.
Dalam tempo enam bulan nasabah meningkat jadi 122 KK, meningkat pula volume sampah berbagai jenis, rerata 6 Ton/Bulan dan disetorkan ke Bank PAS Arcawinangun. Hasil penjualan setelah dikurangi biaya operasional disetorkan langsung ke Koperasi Syariah Bintang Sembilan (Kossbinsel) RT V/I Kel. Berkoh.