Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ini Dia Pelanggan Unik Sedunia

31 Juli 2012   19:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:23 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pak, boleh saya cuci sendiri piring gelas ini?” Dia bertanya sambil menaruh piring gelas di tempat cucian, Jawabku “Mas, tidak usah repot, nanti pembantu yang nyuci”. Itu awal aku kenal dengan Hendra, namanya. Mahasiswa Akper. Tiga bulang yang lalu. Dia Pelanggan dan kost tidak jauh dari warung makan ku. Walau aku keberatan, selalu di ulang dan kebiasaan itu membuahkan ke akraban yang akhirnya mengorek kebiasaannya sudah dilakukan sejak kecil, seperti hobi, jelasnya. Bila sudah mencuci piring, gelas bekas pakai akan ada rasa puas, bila tidak Dia merasa ada sesuatu yang kurang dan atas kebiasaanya itu, aku diam-diam selalu memberi korting.

Satu Minggu jelang Puasa, Dia tidak kelihatan aku menduga sedang pulang kampung. Ternyata benar, ketika selesai Sholat Terawih hari ke enam di Musholla aku bertemu dan bertegur sapa, baru satu hari tiba dari kampung di Majalengka, katanya. Jelang Sahur, Dia datang ke warung dan kebiasaanya di ulang.

Ketika, memasuki hari ke tujuh pembantu ku tidak masuk kerja. Sedang, Istri di Musholla mempersiapkan ta’jil untuk buka bersama. Otomatis tempat cucian seperti kapal pecah, penuh gerabah. Jelang buka puasa Hendra datang tanpa di komando ke tempat cucian, mencuci. Aku tegur “Mas, biar saja tidak usah cuci!” Dia menjawab “Pak, biar ini saya cuci semua sambil nunggu buka, bolehkan kan Pak? Saya pesan kolak? Taruh di meja biar dingin?" aku siapkan pesanannya. Dia kalau buka makan kolak terlebih dahulu, badha Magrib baru makan nasi.

Ketika akan membayar tejadilah ‘nego’ cukup alot. Dia bersikeras tetap membayar, membantu karena Iklas dan senang. Sebaliknya aku merasa di bantu pun ingin memberi imbalan dengan menggratiskannya. Karena tidak ada titik temu, aku meminta Dia datang ke Warung selepas Traweh. Akhirnya, di ambil keputusan mau saling berbagi menerima. Di mulai hari ke delapan sampai ini tulis, Hendra menyalurkan hobinya nyuci gerabah, waktunya sebelum dan sesudah Magrib, pun demikian ketika akan Sahur dan selepas Shubuh, setelah itu Dia pulang. Dia aku bebaskan untuk mengambil makan sendiri, gratis.
.
Salam
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun