Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukan Hobi Biasa? Penyebar Horor Satu Sekolahan

8 Agustus 2011   11:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:59 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ular Selarsah/Rangon. Sumber Wikipedia

Setelah kesenangan pelihara Burung Emprit/Pipit lewat klik ini, mereka sudah bahagiapunya keluarga sendiri. Perjalan waktu, aku mulai fokus dengan kesenangan baru yaitu pelihara ular ini, awal mulanya aku diberi se ekor anak ular katanya tidak berbisa, oleh seorang penggembala sapi, namanya ular rangon ini biasa dinamakan dikampungku, kenapa dinamakan ular rangon?, ternyata ular ini biasa ditemukaan saat orang kampung menggembala kambing/sapi/kerbaunya, dan biasanya untuk mainan mereka. (pengembala = angon (bs Jawa) jadi rangon untuk nama ularnya. benar tidak berbisa dan tidak mau mengigit.

.

Seperti saat pelihara burung pipit, memelihara ular inipun aku buatkan kandang kotak tinggi supaya ularnya tidak lari, memberi makannya mudah sekali anak belalang/katak yang kecil satu/dua hari sekali, satu/dua ekor cukup. Dan setelah besar diberi makan anak katak tiga/lima hari sekali. Kalau kebanyakan nanti sukanya tidur melulu. ular ini sering sekali aku ajak main bersama teman-teman lain, dimasukkan dalam saku baju dia akan diam, paling mengeluarkan kepalanya saja. Senang punya peliharaan yang jinak warnanya alami indah. dan setelah aku cari di google ternyata namanya ular Selarah, sumber gambar ini

.

[caption id="" align="aligncenter" width="339" caption="Ular Selarsah/Rangon. Sumber Wikipedia"][/caption]

Dari sinilah aku mulai suka iseng, menggoda teman-teman yang lain, dengan menaruh ular ini dalam baju atau langsung aku tunjukkan didepannya, bagi yang takut akan teriak-teriak. Dari pelihara satu waktu itu, lama-lama jadi banyak ada tujuh ekor dalam satu kandang, karena orang kampung tahu aku suka pelihara ular rangon, saat dapat ular rangon diberikan ke aku, dan pernah tergigit, tapi  rasanya hanya gatal.

.

Tapi dari hobi pelihara ular inilah menurutku jadi penyebar horor di dalam satu sekolahan. penyebab aku down jadi tidak naik kelas saat kelas 5 SD. ini semua gara-garanya salahku sendiri, membawa tiga ekor ular sekaligus dalam tas sekolah. karena ada teman lain kelas meminta ular untuk ikut memelihara jadi aku bawa tiga ekor. Biasanya hanya bawa satu ekor, bila istirahat aku keluarkan dan pak Guru ada yang tahu, tapi diam saja.

Ini horornya, saat jam pelajaran sedang berlangsung, terjadi teriakan-teriakan histeris teman sekelas, ada ular…ada ular, yang paling heboh anak cewe ada yang menangis, naik meja, sambil angkat rok dan ada yang terkencing-kencing. Jadi geger satu sekolahan, semua keluar kelas. Aku keluar sambil membawa tas, aku lihat isinya ternyata sudah tidak ada, aku ketakutan. dan oleh pak Guru dan Pesuruh sekolah ular-ular itu disuruh dibunuh, aku mencoba mencegah tapi dilarang sama pak Guru. Aku pergi ngumpet di kamar mandi, menangis tidak terima ular-ularku dibunuh semua, kasihan.

Hari itu juga kelasku diliburkan dan satu hari berikutnya ada 5 cewe yang tidak sekolah, beberapa hari baru masuk lagi dan masih ada yang trauma. dan uniknya horor ular ini bisa mewabah ke kelas lain hanya karena pensil dibawah meja bisa geger dikira ular. itulah horor dari kesenangan/hobi pelihara ular yang pernah aku punya dan tidak pernah aku lupakan, sampai sekarang sudah 37 tahun yang lalu.

.

Setelah kejadian itu dipanggil keruang guru, disidang telah mengganggu aktifitas belajar mengajar dan dilarang membawa binatang peliharaan kesekolah, aku hanya bisa diam dan menangis lagi di ruang guru. Dan kabar ini sampai ke orangtuaku, maka hari itu juga semua kandang ular dan sisa ular di buang.

.

Cukup lama aku ‘ngambek’ mengikuti pelajaran malas-malasan, apa lagi belajar. jadi saat test kenaikkan kelas, aku tidak naik kelas. Dan dari peristiwa ini sangat membekas sampai sekarang, dan mungkin dari rasa kecewa ini aku jadi anak suka iseng dan usil. Mohon jangan ditiru!

Dan karena hobiku ini, pihak sekolahan menambah aturan murid dilarang membawa binatang peliharaan ke sekolahan dan sampai sekarang masih diberlakukan. Kesenangan memelihara binatang ini berlangsung tidak lama, setelah naik ke kelas enam aku punya peliharaan binatang lain lagi yaitu Kelinci dan Marmut sampai jumlahnya ratusan. dan saat inipun masih punya peliharaan yang unik, apa itu? Bersambung….

.

Salam

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun