Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bubarkan Komite Sekolah (Obrolan)

12 Juli 2011   17:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:43 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Purwokerto, 12 Juli 2011 Jam 14.00 Wib. aku lagi nunggu warung kedatangan teman lama. biasa kalau aku ketemu teman pasti ngobrol ngalor ngidul. Walah…aku lihat mukanya kelihatan ada sesuatu yang mau diobrolkan, ada apa yaa?

Dibawah ini obrolan aku tulis apa adanya (aslinya bahasa mbanyumasan)

Aku : darimana tumben baru kelihatan, koq kelihatan tidak ceria seperti biasanya… sini masuk didalam saja mau minum kopi apa teh...kaya kurang sehat?

Budi : ah…lagi capek banget cari tambahan buat nyicil uang gedung, mampir sekalian nunggu Pak Slamet ada janjian mau pergi bareng, minum teh saja. Oyaa anak P. Slamet bareng sekolah SMP sama anakku.

Aku : bareng SMPnya, apa masih kena biaya masuk sekolah, katanya gratis?

Budi : Ada uang gedung dan uang seragam masuk SMPN total 2.5 juta, mumeti alias bikin pusing

Aku : Bud..aku pernah membaca dan mendengar diberita katanya masuk sekolah SD s.d SMP Negeri gratis-tis…bener lhoo kan sudah ada dana BOS jadi tidak boleh pihak sekolah menarik uang apapun

Budi : iya aku juga pernah dengar…tidak narik memang, tapi ini kan keputusan Komite yang dibacakan di depan rapat wali murid, yang intinya setiap orangtua siswa dikenai uang gedung Rp. 2juta + Rp. 130ribu terdiri dari : uang LKS : 100ribu, Uang kesehatan Rp.10ribu, uang perpustakaan Rp.10ribu dan satu lagi aku lupa namanya Rp.10ribu. + uang seragam Rp. 375ribu uang seragam tapi berupa bahan untuk tiga stel…lah nanti aku kena uang jahit baju 1 stel rp 75ribu kali tiga bayar lagi…. total sendiri saja yaa…hahaa

Aku : lhaa kamu sudah bayar semua?

Budi : tidak sekaligus bisa dicicil tapi dua juta itu harus dibayar separo dulu…aku baru kasih Rp.400rb lhaa punyanya, ah…jadi ingat waktu anakku masuk SMAN dulu juga dimintai uang gedung, aku kasih seadanya ternyata sampai sekarang tidak masalah, nyicil yaa seadaanya. Jadi aku ya nekad…sambil ngomong ke bagian penerimaan ‘bu ini aku titip uang segini dulu, sisanya pasti nanti aku angsur’ hehehee dia diam saja, jadi yaa aman sementara, puyenknya nanti..ah dipikir amat nantikan ada rejeki.

Aku : lhoo anakmu yang SMPN top. Sekarang meneruskan dimana?

Budi: anakku sekarang di SMAN naik kelas dua. Oya.. tahun kemarin masuk SMA kena uang gedung 3.5 juta dan uang seragam dll 500 ribu dicicil sampai sekarang juga belum lunas haahaa, dan uang SPP sebesar 185ribu sebulan sering terlambat. Padahal aku cari uang sampai mecicil (kerja keras) hahaa….. aku ngomong sama anakku tenang saja yang penting kamu belajar, jangan kawatir bapak pasti bisa bayar…..

Aku : hah..uang SPP sebulan 185ribu sekarang, jadi ingat waktu anakku SMA sama dengan anakmu sekarang. Oyaa…dulu hanya kena 85ribu sebulan uang gedung Rp 1.5juta tapi yaa enam tahun yang lalu hahaa…walah belum uang saku/jajan, belum uang pulsa, belum uang buku, ancur dah… semakin tahun semakin mahal, lhaa kalau sekarang anakmu kelas satu SMP tiga tahun lagi masuk SMA coba nanti berapa biayanya pasti naik…edan.

Perkenalkanlah temanku namanya P. Budi, pekerjaan tukang servis elektronik serabutan alias apa saja yang berhubungan dengan listrik dia bisa. anaknya dua, yang satu SMA kelas II yang satu baru masuk SMP.

Satu lagi P. Slamet pendatang dari Semarang, buka ruko jualan AC dan sparepartnya. Ruko disamping warung makanku, anaknya tiga yang pertama masuk SMA N yang kedua masuk SMPN dan anak ketiga masih balita.

Secara kebetulan mereka bertemu dan ngobrol-ngobrol dalam warungku, membahas mengenai biaya sekolah yang ditanggung alias uang gedung dan P.Slametpun aku ‘interograsi’ juga… karena kebetulan anak-anak mereka sekolah di SMP N bareng.

[caption id="attachment_122352" align="aligncenter" width="300" caption="Obrolan. Dok. Pribadi"][/caption] Aku : Monggo masuk P. Slamet, sandalnya dipakai saja, P. Slamet anaknya yang nomer 2 masuk SMP bareng anaknya P Budi, yaa…

P.Slamet : Iya…saya ketemu P. Budi setelah keluar dari ruang rapat, saya tidak tahu ternyata dia duduk didepanku waktu rapat wali murid.

Aku : hahaha oya tadi aku baru ngobrol tentang biaya masuk SMP katanya kena uang gedung dan seragam, setahuku SMPN tidak boleh menarik uang macam-macam, karena sudah ada BOS, waktu rapat apa tidak ada yang keberatan.

P. Slamet : sebenarnya ada yaa P Budi..ibu-ibu tadinya keberatan tapi setelah dijelaskan bahwa uang gedung buat ini-itu, untuk apa saja saya tidak begitu mengikuti. Akhirnya yaa nurut saja bayar toh…bisa dicicil/diangsur, terus ini sudah keputusan KOMITE, yaa gimana lagi..hahaahaa

Aku : memang sebagai ortu murid kan diajak rapat Komite dulu rembugan antara anggota Komite sama wali murid dan baru diputuskan. Kamu ikut rapat komite tidak?

P Budi : nah ini lucu dan tidak masuk akal dari waktu anakku dulu masuk SMA, terus yang sekarang masuk SMP, wali murid disuruh rapat tapi dirapat itu intinya tinggal ketok palu…uang gedung itu buat ini-itu, sekarang anak baru dikenai biaya sekian rincian ini-itu yaa bayar…karena anakku sudah diterima, yaa…. mau tidak mau bayar untungnya bisa di angsur….dan alasannya sama masuk SMA dan SMP ini sudah keputusan KOMITE.

Aku : KOMITE aneh yaa wong anakmu baru saja masuk sekolah koq, lhaa waktu rapat merembug biaya sebesar itu kamu hadir tidak? Wong jawa banyak untung, yaa untung di angsur…untung saja anakku diterima sekolah hahaa

P. Budi : yaa tidak, tadikan aku sudah bilang Ikut rapat itu intinya tinggal wali murid manut saja keputusan KOMITE

Aku : walah…kalau gimana nih P. Slamet yang nanggung dua anak yang satu SMA dan SMP total yang harus dibayar berapa?

P. slamet : yaa berat memang…yang SMA total Rp4.5juta + sumbangan rp 1.5juta total Rp 6jt ditambah masuk SMP Rp.2.5juta jadi bulan ini Rp. 8.5juta, saya juga heran dengan Komite koq bisa langsung memutusi sumbangan sekolah sekian, rinciannya ini itu…memang bisa diangsur tapi yaa tetap memberatkan belum nanti uang saku, uang buku, sekarang tambah uang pulsa…wah kasihan kalau anaknya tukang ojek, tukang becak atau yang kurang mampu tapi anaknya cukup pintar yaa tidak pintar sekali sih…diatas rata2

P. Budi : yaa itu keputusan komite sepertinya pukul rata dan tidak membela kepentingan/ kemampuan wali murid, keputusan di rapat wali murid sepertinya sudah ‘kong-kalikong’ antara pihak sekolah sama pihak komite, baiknya komite dibubarkan saja kalau hanya jadi tukang stempel kemauan sekolah.

[caption id="attachment_122353" align="aligncenter" width="500" caption="Bubarkan Komite Sekolah. Doc. Pribadi"]

13104920711445223608
13104920711445223608
[/caption]

aku : setuju kalau komite hanya jadi tukang stempel bubarkan saja, nih…aku mau buka rahasia, ada cerita… waktu anakku SMA N waktu kenaikkan kelas, aku dipanggil kesekolahanya ambil raport dan daftar ulang. Setelah itu aku dimintai uang gedung lagi yang katanya sudah dirapatkan dengan komite, sebesar Rp.500ribu sebagai syarat daftar ulang kenaikkan kelas. Aku bilang apa adanya ‘Bu saya tidak punya uang lagi, dulu kan sudah kena uang gedung waktu anak saya diterima disini dan baru lunas beberapa bulan yang lalu, dan saya wali murid tidak pernah diajak rapat komite untuk menentukkan uang gedung ini. Tolong sampaikan ke ketua Komite saya tidak setuju ada biaya uang gedung lagi dan dikenakan saat kenaikkan kelas atau daftar ulang. dulu saya juga pernah SMA tidak pernah daftar ulang lagi otomatis aku tinggal pindah ruang, jawabnya ‘pak…ini saya hanya menjalankan tugas dan sudah kententuan komite pihak sekolah hanya menjalankannya’ terus aku tanya ‘jadi kalau saya tidak mau membayar uang gedung anak saya tidak boleh meneruskan sekolah disini?’ ibu itu nyawab ‘pak inikan bisa di angsur dan kebijakan sekolah begitu’ sahutku ‘begini saja bilang sama Ketua Komite dan Kepala Sekolah disini, saya minta surat keterangan anak saya pindah dari sekolah ini, dengan keterangan yang jelas bahwa orangtuanya tidak mampu membayar uang gedung. Dan sementara ini kalau raport mau ditahan silahkan saja, saya mau ketemu Kepala Sekolah ada?’ jawabnya ‘lagi pergi pak’ jawabku ‘yaa sudah saya tunggu keputusan pihak komite sama sekolah tentang nasib anak saya’ setelah itu aku pulang, tahu tidak sampai anakku lulus aku tidak pernah dipermasalahkan lagi, itulah jurus ngeyelku sukses…..tapi jangan ditiru aku sempat stress, tidak bisa tidur nunggu mbok ada surat panggilan lagi haahaa…. sekarang anakku sudah kerja di Jakarta.

P. Budi : jadi kalau ngeyel…lumayan yaa bisa ngurangi beban pengeluaran, yuk..P. Slamet nanti kalau dimintai lagi uang ini-itu pakai jurus ngeyel hahaa…..

P. Slamet : haahaha…kalau wali murid kompak mungkin pihak sekolah yaa mikir, tapi apa nanti anakku tidak dikucilkan sama pihak sekolahan….

Hp P. slamet berbunyi, dan setelah menerima telp dia mengajak P Budi pergi…

P. Budi & P. Slamet : Pamit dulu Pak…ini ada kerjaan sudah ditunggu sama orangnya…

Aku : Monggo, oyaa nanti obrolannya ini aku tulis dikompasiana, tapi bisanya malam-malam aku tulisnya, P. Slamet besok siang buka saja websitenya, yaa…

P. Slamet & P. Budi : monggo tidak apa-apa….

anda sependapat kalau KOMITE tukang stempel dibubarkan saja.....

.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun