Siang jelang sore sekitar pukul 17.00 WIB, saya kedatangan dua sohib karib namanya Wiweko dan Udiono baru tiba dari Banjar (Jawa Barat). Mereka memakai mobil pribadi, seperti biasa sambil ngopi bareng ngobrol tentang perjalananya. Menurut pantauan mereka kondisi jalan di sejumlah titik jalur nasional/jalan raya antara Wangon (Jawa Tengah) sampai Banjar (Jawa Barat) banyak terlihat retak dan hampir ambles. Bak pengamat di sepanjang jalan raya jalur Selatan, menurut perkiraan sohib dua-tiga bulan ke depan bila tidak ada perbaikan akan lebih parah. Sedang yang sudah amblas parah di jalan Wanareja-Majenang tepatnya di daerah perkebunan karet kendaraan antri melintas. Harap hati-hati melintas di jalan tersebut. Purwokerto, 27 November 2012.
Lalu diperjalan mereka sering melihat mobil pick up/bak terbuka penuh sesak anak sekolah saat pulang maupun berangkat sekolah, mengingatkan jaman tahun 80’an di Purwokerto, ketika itu kendaraan umum masih langka, kami sering naik pick up maupun kendaraan umum dan terkadang naik di atap. lalu saya ajak sohib saya melihat foto asal jepret di bawah ini (di ambil dua bulan yang lalu via kamera HP jadul, dalam perjalan pulang dari Ciamis. Waktu tengah hari musim kemarau kondisi jalan masih mulus)
[caption id="attachment_226192" align="aligncenter" width="640" caption="Pick Up Sarat Anak Sekolah, dok Pribadi"][/caption] [caption id="attachment_226193" align="aligncenter" width="640" caption="Pick Up Sarat Anak Sekolah Papasan dengan Bus, Dok Pribadi"]
Melihat foto tersebut kami prihatin, kondisi jalan raya yang retak, bergelombang dan amblas, apalagi di musim penghujan sungguh sangat membahayakan bagi pengguna jalan raya, apalagi mobil bak terbuka dan umum yang penuh sesak anak sekolah. Bila kondisi semua itu tetap dibiarkan, ketika terjadi kecelakaan dan ada yang tewas siapa yang bertanggungjawab? Tentu, pihak berwajib dengan mudahnya menyalahkan si Sopir tanpa kompromi, langsung masuk Bui jelas salah pick up dilarang membawa orang! Sesederhana itukah? Bagaimana dengan pihak pengelola jalan raya dan aparat lalu lintas yang membawahi wilayah itu? demikian pula dengan kasus jembatan rusak awalnya dibiarkan, akhirnya ambrol memakan korban jiwa. Jelas mereka semua membiarkan sesuatu yang membahayakan akhirnya memakan korban jiwa. Tentu mereka akan berkilah seribu satu macam alasan untuk lepas dari tanggungjawab. Sruuput kopine… ngelus jidad, kami berpendapat itulah enaknya jadi aparat dan birokrat/pejabat di Indonesia Raya, akan selamat di dunia entah nanti di akherat, Wallahu’alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H