Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Apa Ini Modus Baru Peminta-minta?

10 April 2012   16:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:47 1891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1334111065318834958

[caption id="attachment_181232" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Purwokerto – Berkoh, Senin 9/4/2012, jam di dinding warungku menunjukkan Pukul 07.15 WIB. Pada jam tersebut aku lagi sibuk-sibuknya mempersiapan jualan. Tanpa diduga dan disangka, aku dikejutkan penampakan seseorang di depan pintu warung. Aku kaget, sempat beberapa menit mataku menatap dan memperhatikan sosok itu secara kumplit dari ujung kaki sampai ujung topi. Ciri-cirinya tinggi kurang lebih 170 m, wajah oval bersih, berbaju rapi, hidung mancung, alis tebal, dagu agak lancip, gigi putih bersih, tubuh ideal. Ketika mataku bertatapan, kepalanya mengangguk dan tangannya melambai, dan itu artinya dia memanggilku, Jadi?

Siapapun tamunya aku wajib menemui. Jadi aku samperin orang tersebut, aku ajak salam-salaman dan pada saat salaman, terlihat mimik wajah sangat memelas, terdengar ucapanya terbata-bata, seperti menahan rasa sedih yang sangat dalam dan sambil menetesan air mata. Tangannya menepuk-nepuk pundakku, sungguh rasa hatiku sangat tersentuh, trenyuh. Coba bayangkan bila anda, kedatangan tamu walau belum kenal dan dengan apiknya tamu itu menunjukkan ‘akting’ seperti itu? Kalau aku tersentuh, ikut terharu? Kalau anda?

Diapun cerita, tentunya sambil menghiba dan menahan sedih, menurut ceritanya kakak dari istrinya yang di Moga-Pemalang, meninggal dunia. Ia tidak punya uang sama sekali untuk transport kesana. Aku sempat tertegun, tanpa berpikir panjang, karena aku tidak bisa berpikir sangat panjang. Maka, aku berikan uang untuk transport ketujuannya. Tentu, aku tahu berapa ongkosnya, karena aku pernah naik bus dari Purwokerto ke Moga dan aku tawari sarapan pagi, tapi tidak mau. Orang tersebut akhirnya pamit dengan tatapan mata wajah sedih dan berjalan gontai. Pembaca yang budiman, tentunya berpendapat sudah seharusnya hidup itu saling bantu membantu, betul?. Ketika aku membantu orang tersebutpun sungguh aku iklas walau aku tidak kenal sama sekali. Namun, dalam perjalan waktu dan tempat yang berbeda aku dikejutan lagi oleh orang tersebut, apa itu?

Siang jelang tengah hari tepatnya pukul 12.00 WIB. Ketika, aku mengantar pesanan ke salah satu Perumahan. Ternyata, orang tersebut dengan ciri-ciri yang terekam dengan baik di otakku, keluar dari rumah yang aku tuju. Selintas dia melihatku cuek, mungkin dia tidak mengenali aku yang masih pakai helm cakil,  kaca penutup muka, cukup gelap. Seketika dalam pikiranku ‘katanya ke Moga? Masih disini? Apa saudaranya yang punya rumah ini?’. Akupun, masuk dalam rumah tersebut dengan seribu tandatanya? Kebetulan, tuan rumah masih di teras, setelah uluk salam, menyerahkan pesanan. Aku menunggu pembayaran di teras depan.

Ketika, tuan rumah keluar, aku memberanikan diri bertanya pada tuan rumah, tentunya dengan permohonan maaf terlebih dahulu, untuk menanyakan orang tersebut. Ternyata, tidak di kenal dan orang tersebut masuk begitu saja. Awalnya dikira pengantar pesanan dari warungku?. Tuan rumah pun balik bertanya padaku, aku pun menceritakan kembali tentang orang tersebut. Disini aku hampir tertawa, tapi aku tahan, dalam benak pikiranku ‘siapa tahu orang tersebut benar-benar sedang kesulitan? Tidak baik mentertawakan orang lain sedang kesulitan’ Akupun pamit.

Jelang sore, sekitar pukul 16.00 WIB stok kopi di warung, menipis. Tanpa pikir panjang aku ke Minimarket, tentunya pakai motor. Ketika dalam perjalan pulang melewati pangkalan Taksi, selintas aku melihat penampakan orang tersebut, sedang ngobrol dengan sopir-sopir taksi. Tanpa pikir panjang setelah menaruh kopi di warung aku pamit sama pembantuku, mau nyamperin orang yang tadi pagi ke warung yang sedang di pangkalan Taksi, karena jaraknya tidak begitu jauh, aku kesana jalan kaki.

Tapi sayang, sesampainya disana ternyata orang tersebut telah pergi naik Bus, karena rasa penasaran akupun bertanya lagi tentang orang tersebut, disini aku mendapat cerita yang sama. Sopir-sopir pun balik tanya padaku, akupun menceritakan kembali tentang orang tersebut.

Hebohlah para sopir taksi, tertawa ramai. Mereka mentertawakan kekonyolan diri mereka sendiri yang telah berpatungan/mengumpulkan uang yang cukup banyak guna di berikan pada orang tersebut, tapi ternyata?. Dalam batinku hebat juga ‘akting’ orang tersebut dalam sehari dapat uang Rp. 185.000,- dari tiga tempat, entah ditempat lainnya. Apakah itu modus baru? Peminta-minta? Entahlah?

Ada-ada saja kreatifitas orang tersebut, untuk mengaduk-aduk perasaan seseorang dan kelompok orang dengan ‘aktingnya’. Entah tempat/daerah mana lagi  dia akan didatangi? Tentunya untuk bermain ‘akting’ mencari nafkah. Mungkin, bila jadi pemain sinetron cocok karena ekspresi wajah sedih, gerak tubuh, gaya bicara sangat memelas dan menyetuh?’ Sampai aku dan mereka-mereka yang di mintai ‘tolong’ pun sampai lupa tanya nama dan KTPnya? Entah, dimana dia sekolah aktingnya?

salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun