Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tembok Berdoa (Potret Pasar #2)

20 Juli 2013   13:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:17 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar Wage, Pagi jelang siang di area parkir Timur, sesaat aku terhenti sejenak ketika akan mengambil motor. Aku 'ndongong' ketika si mas tukang parkir berkata "Pak, lihat itu... Kasihan sekali sudah tidak punya Ibu, Bapak sejak lahir di tumpuk begitu saja" dengan wajah dan suara memelas, tanpa menunjuk yang dimaksud, sambil menerima uang parkir.

Mungkin karena terlihat aku 'ndongong' lantas Ia tolehkan pandangannya akupun mengikutinya. Sambil Ia berkomentar "Itu kan.... mereka teriak-teriak tidak ada yang menolong?" masih dengan suara memelas. Lantas aku memotong "Oh..itu, memang sih kasihan tapi sebentar lagi Ia menghadap sang Khalik" jawabku sambil memegang stang motor, terlihat di pinggir tembok tumpukan keranjang berisi ayam-ayam potong

Si Mas tukang parkir sambil menyerahkan uang kembalian menyahut "Itu sejak Subuh Pak ditumpuk saja, saudaranya banyak tapi nasibnya sama ya Pak?" sambil duduk di jok, aku pun tersenyum sambil menjawab "Begitulah orang-orang, maunya untungnya saja tidak mau tahu penderitaannya. Yang penting saat motong sambil didoakan supaya masuk sorga".lalu menstarter motor. Saat mau jalan pundakku di colek, aku terhenti. Si mas tukang parkir berkata sambil menunjuk "Doa apa Pak? Lihat Pak yang berdoa temboknya" lantas aku melihat ke arah penjual ayam potong, terlihat di tembok tulisan "Basmallah" lalu si tukang potong sedang memotong dengan kilat, tangan kiri pegang sayap, kepala ayam di tekuk ke dalam lantas tangan kanan pegang pisau memotong lehernya entas sudah putus entah belum pembuluh darahnya langsung lempar dalam ember besar dengan kecepatan tinggi tanpa jeda!. Apakah memotong seperti itu pembuluh darahnya terpotong sempurna atau tidak dan dengan doa atau tidak? Walahu'allam...... Dan itu terjadi disemua penjual ayam potong. Purwokerto, 20 Juli 2013. 07.30 WIB

Saat dalam perjalan pulang aku teringat ajaran Ortu dan guru ngaji dan selalu aku lakukan bila akan melakukan 'upacara' potong ayam. Pertama asah pisau sampai tajam. Kedua, harus dua orang satu orang pegang kaki dan sayap, satu orang si eksekutor memegang kepala dan menutup matanya dengan tangan kirinya, dihadapkan ke arah kiblat. Ketiga, sebelum memotong bulu leher dibersihkan sambil baca Basmallah (ingat! Ayat surah al-An'am : 121 "Dan jangan kamu sekalian memakan hewan yang tidak disebutkan nama Allah kepadanya".) Bila guru ngajiku ngajari doanya seperti ini 'auzubillahhiminasaitonnirojjim bissmillahhiminqka wa ilaika wawllahu akbar'......aku lebih suka beli ayam hidup lalu potong sendiri, bagaimana dengan anda?
.
ndongong : Bingung

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun