Petunjuk dari BI (Bank Indonesia) bila menerima uang nominal harus di lakukan 3 D di lihat, raba, terawang, tersebar melalui berbagai media cetak, elektronik, dunia maya dan poster-poster di setiap Bank pasti ada. bagi pemilik usaha pun mengetahuinya, termasuk saya. Lima tahun lebih saya usaha warung makan, seribu satu wajah pelanggan silih berganti dan selama itu sudah puluhan kali saya menolak uang nominal kertas limapuluh ribu dan seratusribu rupiah yang saya duga palsu dengan cara di raba kertasnya ‘rasa’ tidak biasa, dan garis-garis di gambar tidak kasar uang itu saya kembalikan atau saya minta uang pas atau minta si pemilik uang menukarkan sendiri uang tersebut entah kemana dan bila si pembayar bersikukuh hanya punya uang tersebut, lebih baik saya gratiskan makannya alias tidak usah bayar. Alhamdulillah selama itu saya belum pernah menerima uang di duga Aspal (Asli tapi Palsu)
Tapi kejadian Tanggal 5 Agustus 2012, Pukul 06.30 WIB di Pasar Wage Purwokerto, saya kaget ketika melakukan pembayaraan saya di tegur oleh pemilik kios “Pak Uangnya koq tidak terlihat bayangnya, uang ini palsu Pak!”. “Masa Bu?”. “Ini coba sendiri Pak, ini lampu ultravioletnya?”. Saya coba dan ternyata benar Uang Aspal. atas kejadian itu jadi bahan pembicaraan pemilik kios-kios di Pasar Wage timbul berbagai pertanyaan seperti interograsi. Tentu, itu di luar dugaan saya membawa uang Aspal satu lembar seratusribu dan limapuluh ribu rupiah hasil penjualan saat buka dan sahur, melayang. Saya ingat uang tersebut saya terima dari seseorang pembeli setelah di lihat dan di raba yakin uang itu asli maka saya terima dan saya berikan kembalian tanpa curiga apalagi bulan Puasa.
Atas kejadian tersebut, saya mendapat informasi dari pemilik Kios, ternyata kejadian tersebut pernah menimpa para pemilik-pemilik warung dan pemilik Kios di pasar dan di ketahui setelah di belanjakan. Atas kejadian-kejadian tersebut tidak pernah di laporkan pada pihak berwajib, mereka berpendapat malah bikin repot, sebab pernah ada pemilik kios melaporkan kejadian tersebut ke Polisi dan si 'pembeli' di intai dan di tangkap, tapi akhirnya si pelapor malah kehilangan lebih banyak uang asli, istilahnya 'mencari ayam malah kehilangan kambing' mereka berpendapat lebih baik di simpan buat kenang-kenangan atau di musnahkan. Kejadian uang Aspal saya pernah lihat ketika saya sedang antri setor di salah satu Bank, Bapak di depanku di ketahui setorannya terselip uang Aspal, Bapak tersebut panik dan ketakutan oleh Kasir bank uang tersebut di sita oleh pihak Bank di sreadder.
Akhirnya saya beli lampu penditeksi uang, sebab tidak cukup hanya di lihat dan di raba. Uang Aspal sekarang yang beredar sungguh sangat mirip baik kertas maupun kekasaran gambarnya, jadi perlu satu langkah lagi yaitu di Terawang.
Saran saya bagi para kompasianer yang mudik lebaran dan jajan di pinggir jalan saat menerima uang kembalian berapapun nominalnya harap waspada! Bila ragu jangan sungkan di terawang. Percayalah pemilik warung tidak ada niatan sedikit pun mengedarkan uang palsu, kemungkinan besar uang aspal tersebut di terima dari para pembeli yang berniat tidak baik.
.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H