Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ternyata, Pemerintah Penyebab Harga-harga Sembako Naik?

15 Maret 2012   02:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:02 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_176471" align="aligncenter" width="300" caption="Kios Sembako Ps. Wage. Dok. Pribadi"][/caption]

Pagi lepas Subuh, jalanan masih sepi lalu lalang kendaraan. Aku memacu motorku menembus sisa-sisa kabut dingin. Dengan kecepatan sedang, ditempuh dalam lima menit, tiba di Pasar Wage, Purwokerto.

Di parkiran, terlihat berjejer kendaraan parkir tidak beraturan “Jangan kunci setang, Pak?” terdengar teriakan tukang parkir, mengingatkan orang-orang yang parkir kendaraannya, untuk mempermudah keluar masuk kendaraan lainnya. Akupun melangkah masuk dalam pasar, Belanja.

Disalah satu kios sembako langgananku, aku memilih barang-barang belanyaan. Pemilik kios, namanya Ibu Raodah, sudah limabelas tahun jualan di pasar. Sambil, aku ajak ngobrol.

Bu, bawang merah naik duaribu, migor naik limaratus, gula pasir limaratus, tepung naik lima ratus. BBM belum naik, koq sudah naik duluan Bu

Pak, yang menaikkan harga sembako itu Pemerintah”

“Lho koq Pemerintah? Pemerintah kan baru rencana menaikkan BBM, bukan sembako?”

“Nah itu Pak? Coba kalau langsung saja di naikkan. Jangan pakai rencana, langsung saja diumuman

Jadi, langsung saja di umumkan?”

“Langsung saja di umumkan. Mau menaikkan BBM pakai rencana? Jadinya ribut, debat, demo, rusak-rusakan. Apalagi nanti setelah pengumuman”

“Pedagang ikut-ikutan menaikkan barang dulu, njih Bu?”

“Wajarlah kalau menaikkan harga dulu, buat persiapan modal belanja lagi nanti. Pedagang kan cari untung”

Begitu ya Bu? Jadi totalnya semua berapa Bu?”

Ibu Raodah dengan cepat, mengitung ulang barang-barang yang sudah aku pilih, tanpa kalkulator. sambil memasukkan dalam tas kresek hitam besar.

.

Purwokerto, 15 Maret 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun