Sesampainya di administrasi bangsal khusus Askin, kami serahkan berkas Rekam Medik. Dan disini terjadi 'kelucuan' kembali, petugas jaga mengharuskan pasien di periksa jantung, cek darahnya. Kami menolak prosedur tersebut dan mengingatkan menunjukkan surat alasan pasien keluar tidak mau opname, dan berkas pemeriksaan medis jantung dan darah ada di berkas. Akhirnya hasil pemeriksaan awal tetap digunakan dan disetujui. Dengan alasan tempat tidur bangsal sudah penuh kami diperbolehkan pulang?.
Keesokan harinya, kami datang lagi membawa pasien langsung ke Bangsal khusus Askin pukul 08.00 WIB setelah melapor kami disuruh menunggu. TAPI ternyata setelah ditunggu sampai pukul 11.00 WIB tidak ada tindakan apapun dan pasien dibiarkan.
Saya menghadap kembali ke Perawat jaga dan saya baru di beri tahu bahwa FORM PROTOKOL pengambilan obat Kemoterapi masih kosong? Alias belum diisi oleh dokter pemeriksa. Hari itu rencana Kemoterapi tertunda kembali. 'lucu' koq baru ketahuan kalau form protokol belum diisi saat kami membutuhkan, kenapa tidak dari tadi pagi atau kemarin, pihak pasien diberi tahu?
Catatan 2. Disini letak 'kelucuan'nya, pada saat pertama periksa sampai masuk ke bangsal khusus Askin, permasalahan pertama Surat Pengantar/rujukan dari daerah asal pasien belum ada jadi tidak bisa order obat kemoterapi ke Apotik.
Ternyata setelah satu minggu kemudian surat pengantar/rujukan jadi dan dibawa kembali ke bangsal untuk melengkapi persyaratan pengambilan obat kemo ternyata di haruskan mendaftar ulang dari titik NOL kembali.
Kamipun menurut, tapi setelah prosedur dilalui semua lagi-lagi 'kelucuan' datang kembali, Form Protokol pengambilan obat kemoterapi ternyata masih KOSONG belum diisi oleh dokter sp. Onk. dan kami disuruh menunggu lagi dengan waktu tidak bisa ditentukan karena dokter yang bersangkutan sedang melakukan operasi. Kamipun pulang dan akhirnya mendapat kabar form protokol sudah diisi oleh dokter yang bersangkutan, dan baru bisa dilakukan kemo hari berikutnya.
Satu hari berikutnya kami datang kembali langsung ke Bangsal Askin pukul 08.15 WIB, melaporkan pasien sudah sudah datang. Dan kami di suruh menunggu, obat kemoterapi sedang diurus di Apotik.
Setelah kami menungu sampai pukul 10.30 WIB, kami dipanggil diberi penjelasan "Pak ini obat kemo sudah siap untuk kemoterapi TAPI ada satu obat yang harus di tanggung pasien? Karena obat ini tidak masuk dalam daftar obat yang di tanggung oleh penyelenggara Askin" kami ternganga "Harganya berapa?" petugas "Dua juta duaratus ribu rupiah, bila obat ini tidak dibayar dulu, belum bisa kemoterapi" kami bengong "Mahal amat, apa tidak ada kebijaksanaan obat tersebut dimasukan dalam Askin" ternyata tetap minta di bayar dimuka terlebih dahulu, sebelum dilakukan kemoterapi.
Kamipun bingung uang dari mana sebesar itu, bila ada uang untuk apa pasien memakai ASKIN, akhirnya kami menemui pihak perwakilan Jamkesda. setelah hampir satu jam kami berunding dan kontak ke Dinkes daerah asal pasien, akhirnya obat tersebut dimasukkan dalam tagihan Askin.
Nama obat tersebut Ephirubicyn. Alhamdulillah, akhirnya kira-kira pukul 13.15 WIB baru pasien bisa kemoterapi, selesai dari kemo pasien sorenya langsung pulang ke daerah asalnya.
Catatan Penutup. Lepas dari permasalahan administrasi dan kendala dilapangan, saya berpendapat Asuransi Miskin sangat membantu keluarga pasien.