Berbagai macam industri rumah tangga atau home industry banyak yang mulai dikembangkan di berbagai daerah, contohnya adalah industri produksi tahu di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Walaupun kenyataannya industri tersebut menghasilkan pendapatan yang minim tapi tetap saja usaha tersebut tetap berjalan, hal itu karena kurangnya modal untuk mengembangkan usaha sehingga ketika permintaan tahu meningkat tetap tidak bisa terpenuhi. Namun sekarang setelah dengan didirikannya koperasi sangat membantu dalam proses pendanaan produksi sehingga usaha rumah tangga tersebut dapat berkembang seiring terpenuhinya permintaan tahu dari berbagai daerah. Selanjutnya saat segi modal telah terpenuhi maka diperlukan mekanisasi produksi untuk memperlancar kerja.
Mekanisasi produksi perlu dilaksanakan disuatu industri kecil sekalipun, hal ini penting karena mekanisasi produksi tentunya akan memberikan keuntungan disegi efisiensi kerja yaitu efisien waktu, biaya dan tenaga kerja yang nantinya juga dapat meningkatkan jumlah produksi dibandingkan dengan kerja produksi manual. Mekanisasi produksi termasuk pada pengolahan limbah produksi yang dihasilkan karena jumlah limbah cair dari ampas tahu ini terbilang besar per harinya agar dari sisa hasil produksi tetap bisa dimanfaatkan kembali untuk hal yang berguna dengan meneliti kandungan yang terdapat dalam limbah tahu. Karena ampas dari pengolahan tahu tersebut mencemari lingkungan dan menghasilkan bau yang menyengat. Dengan melihat kandungan limbah tahu yaitu metana maka ampas tahu bisa dimanfaatkan agar bisa menjadi biogas, biogas tersebut bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar pengganti gas LPG, minyak tanah, ataupun kayu bakar untuk memasak memasak pada rumah tangga karena setelah didiamkan selama beberapa hari akan menghasilkan gas metana.
Limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai. Sumber limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan proses, pencucian lantai dan pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu kira-kira 15-20 l/kg bahan baku kedelai. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan berasal dari lokasi pemasakan kedelai, pencucian kedelai, alat produksi dan lantai. Pengolahan limbah menjadi sangat penting ketika industri tersebut dikelola hampir disetiap rumah seperti industri produksi tahu di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
Proses pengolahan limbah dapat menggunakan proses berikut:
Reuse:
Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak. Hal tersebut dilakukan karena dalam ampas tahu terdapat kandungan gizi. Yaitu, protein (23,55 persen), lemak (5,54 persen), karbohidrat (26,92 persen), abu (17,03 persen), serat kasar (16,53 persen), dan air (10,43 persen). Salah satu alasannya, selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
Recycle:
Larutan bekas pemasakan dan perendaman dapat didaur ulang kembali dan digunakan sebagai air pencucian awal kedelai. Perlakuan hati-hati juga dilakukan pada gumpalan tahu yang terbentuk dilakukan seefisien mungkin untuk mencegah protein yang terbawa dalam air dadih.
Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas sebanyak 1000 ft3 atau 28,32 m3 biasanya dapat digunakan untuk memasak pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3 atau 4,248 m3 per hari. sedangkan untuk proses perubahan limbah cair menjadi biogas memerlukan waktu sekitar 8-10 hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H