Mohon tunggu...
Sastyo Aji Darmawan
Sastyo Aji Darmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Penyuluh Antikorupsi

Menulis supaya gak lupa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

The Baswedan Effect

27 November 2024   19:53 Diperbarui: 27 November 2024   22:02 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Penelitian Terdahulu

Dikutip dari Website Nahdhatul Ulama-rupanya-Lembaga Survei Indonesia (LSI) pernah membuat penelitian soal pengaruh Anies dalam Pilkada Jakarta 2024 pada 6-12 September 2024.  (Baca: Seberapa Besar Pengaruh Anies di Pilkada Jakarta 2024? Ini Kata Pengamat)

Survei tersebut terdiri dari responden sebanyak 1200 orang berasal dari seluruh Kota Administratif di DKI Jakarta yang terdistribusi secara proporsional. Proses survei dengan wawancara tatap muka dilakukan oleh pewawancara yang telah dilatih terhadap responden terpilih. Responden tersebut dibagi tiga kelompok yakni kelompok kontrol, kelompok treatment 1, dan kelompok treatment 2. Masing-masing kelompok diberi pertanyaan. 

Hasilnya, Anies Baswedan tercatat memiliki pengaruh signifikan terhadap kompetisi dan hasil pilkada Jakarta 2024 mendatang. Lebih lanjut, Survei tersebut memakai metode eksperimen untuk mengukur efek dukungan Anies terhadap elektabilitas paslon. Kelompok kontrol diberi pertanyaan mengenai siapakah paslon yang akan dipilih jika Pilkada Jakarta dilakukan hari ini. 

Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, ditemukan bahwa jika Anies Baswedan mendukung pasangan Pramono Anung-Rano Karno, maka elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono akan menurun secara signifikan dari 51,7% ke 40,5%.   Menariknya, jika Anies Baswedan mendukung Ridwan Kamil-Suswono, maka baik elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono maupun Pramono Anung-Rano Karno tidak mengalami perubahan signifikan. Dalam hal ini, pasangan Ridwan Kamil-Suswono akan lebih diuntungkan apabila Anies dapat menyatakan dukungannya secara langsung atau minimal bersikap netral.

Fakta Di Lapangan

LSI membuktikan keakuratan hasil surveynya dengan merilis hasil quick count Pilkada Jakarta. Menurut LSI, pasangan Pramono Anung-Rano Karno unggul dengan perolehan 50.11%. Sementara itu, pasangan Ridwan Kamil dan Suswono hanya mendapatkan 39,28% dari hasil quick count tersebut. Sedangkan pasangan Dharma Pongrekun dan Kun Wardhana hanya mendapatkan 10,60%.

Meskipun hasil quick count bukan merupakan hasil perhitungan resmi Pilkada 2024, kita dapat membuat kesimpulan cepat bahwa koalisi besar dibalik pencalonan pasangan Ridwan Kamil dan Suswono tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap keduanya untuk memperoleh besarnya dukungan masyarakat. Bahkan, setelah mantan Presiden Joko Widodo secara terbuka memberikan dukungannya di hari-hari terakhir menjelang Pilkada.

Sebaliknya, pasangan Pramono Anung dan Rano Karno justru mendapatkan perolehan yang positif setelah Anies Baswedan mengumumkan keberpihakannya kepada paslon yang diusung oleh PDI Perjuangan. Suara 'anak abah'-sebutan untuk pendukung fanatik Anies Baswedan-yang sebelumnya tak jelas kemana harus di alamatkan, kini menemukan tempat berlabuhnya.

Mandulnya Mesin Kaderisasi Partai Politik

Dari kisah Pilkada Jakarta, kita juga dapat menyimpulkan bahwa besarnya koalisi partai politik yang mengusung salah satu paslon tidak akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan jika tanpa dibarengi oleh keberadaan tokoh politik yang dipercaya dan memiliki basis masa yang fanatik. 

Masyarakat lebih percaya pada seseorang yang telah diyakini kredibilitasnya, tanpa menghiraukan dari partai politik mana ia berasal atau bahkan ia bukan yang bersangkutan bukan berasal dari partai mana pun.

Dari kisah Pilkada Jakarta, partai politik mendapatkan pelajaran penting. Bahwa asumsi kaderisasi di dalam partai politik yang selama ini tidak berjalan dengan baik cukup terbukti. Anies Baswedan jadi paradoksnya. Ia tampil sebagai figur pemimpin tanpa riwayat bergabung dengan partai politik mana pun, namun mampu menandingi kompetitornya di pemilihan presiden beberapa waktu lalu yang notabene adalah kader partai.

Selain itu, Anies juga membuktikan bahwa efek dari keberpihakannya kepada salah satu paslon di Pilkada Jakarta disambut dengan'kepatuhan' oleh 'anak abah' merupakan bukti bahwa meskipun ia berada di jalur independen, namun ia adalah seorang pemimpin yang cukup berpengaruh dalam politik.

'The Baswedan Effect'-istilah yang saya gunakan untuk fenomena ini-setidaknya juga memberi gambaran nyata bahwa nama besar Joko Widodo sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta dan mantan Presiden tidak cukup sakti untuk mengugurkan pengaruh Anies Baswedan di Pilkada Jakarta.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun