kau tiup masa lalu di antara guratan guratan sisa indah dari catatan diarymu wajah ayu, larung sesaji hari-hari.
namaku terangkai dari abjad-abjad cinta berhuruf asmara, masihkah menjadi rahasia walau kapal berlabuh dari dermaga ke dermaga asmara kita.
meski tanpa diary, masih ada hati menjaga hutan, hujan dan terik mentari kama-cinta kita.
riakmu gelombangku
begitu deras aku terseret arus putaran airmu, menggila gesek menggerus tepian celah otak, percik energy merupa panas setara nyala api, menganga bara.
kala latu tersapu angin, pintu bara kecil mengadu, jauhkan tenunan dengki, iri dan sulaman fitnah. Kembalikan pada bening hati air telaga tanpa riak, tanpa gelombang teduh sesejuk kasih Illahi.
Pejambon, 06022017

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI