Mohon tunggu...
Sastro Admodjo
Sastro Admodjo Mohon Tunggu... Musisi - babaasad.com

Seorang pengembara edan. Mencari keindahan alam semesta Tuhan. Menorehkan tulisan untuk saling berbagi pengalaman. Menikmati kopi hitam, menjadi tuntutan dengan kawan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Internalisasi Budaya Nusantara dalam Pendidikan Menuju Kepemimpinan Ideal

3 Mei 2019   07:25 Diperbarui: 3 Mei 2019   07:47 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kamarpublik.blospot.com

Abstract

The ideal leadership is one of the conditions to form social order which needs dignified preparation of various circles that its central is based on the community itself. Today, our country is experiencing as crisis of ideal leadership. It is proved by the corruption that is still being rampant. To meet the ideal leadership in this country, Indonesia must prepare generation characterized by nations cultural without being restrained by outside traditions and culture.

Kepemimpinan yang ideal merupakan salah satu syarat terbentuknya tatanan masyarakat yang bermartabat yang diperlukan persiapan matang dari berbagai kalangan yang sentralnya pada masyarakat itu sendiri. Kini, negeri kita tengah mengalami krisis kepemimpinan ideal. 

Itu terbukti dengan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang masih meraja lela. Untuk menyongsong kepemimpinan yang ideal di negeri ini, Indonesia harus mempersiapkan generasi yang berkarakter kebudayaan bangsa tanpa terkungkung oleh tradisi dan budaya luar.

Kata kunci: Internalisasi, budaya nusantara, pendidikan, kepemimpinan ideal.

Pendahuluan

Pemimpin yang bermartabat tentunya menjadi impian seluruh manusia dimanapun berada, begitupun di Indonesia. Hanya saja, harapan untuk mendapatkan pemimpin bermartabat seperti panggang yang jauh dari api. Setiap momen pemilihan umum, kita selalu disuguhkan dengan wacana-wacana progresif terkait masa depan bangsa. 

Namun demikian, kenyataan pahit yang kini masih memeluk keadaan kita seolah menjadi sinyal negatif, bahwa kita selama ini hanya berjalan di tempat. Sistem perpolitikan kita tak lebih dari konsep mati yang hanya sebatas formalitas bagi sebuah Negara demokrasi. (Asep Nurjaman. Dkk. Kebijakan Elitis Politik Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006) Hal. v-x)

Kesadaran akan posisi kaum elit politik sebagai tulang punggung tegaknya demokrasi tak serta merta membawa kita menuju rekonstruksi paradigma politik yang lebih sehat. 

Tarik-menarik kepentingan antar partai politik masih saja menjadi pemandangan dalam implementasi birokrasi di negeri ini. Orientasi yang demikian pincang salah satunya disebabkan oleh para aktor di tubuh partai politik itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun