Bagi sebahagian orang datang ke Hongkong adalah untuk shopping. Beberapa tempat terkenal untuk shopping sudah menjadi catatan mereka. Beberapa orang bahkan sering menyebut Singapore Hongkong adalah syorganya dunia untuk belanja barang bermerk. Ketika saya masih remaja teman-teman yang berkelas sosial tinggi sering membanggakan orang tuanya sedang pergi shopping ke Jakarta ,Hongkong, Macau atau Singapore ,Hongkong, Macau.
Sekarang saya berada di Hongkong bersama Pipiet Senja, penulis best seller yang sudah menghasilkan ratusan buku. Tentu saja kehadiran saya dan Pipiet jauh sekali dari cerita shopping. Kami datang untuk menjadi Narasumber pada workshop kepenulisan bagi tenaga kerja wanita di Hongkong. Selama lebih kurang sebulan sejak akhir bulan lalu Pipiet Senja dan saya bergaul dan bergabung dengan mereka. berbagi ilmu dan pengalaman.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa Hongkong bekerja sama dengan majalah Iqra. Nakerwan dari Indonesia di Hongkong memang banyak sekali. Jangan berpikir mereka pembantu rumah tangga yang tahu mengurus dapur dan kamar mandi sebagaimana saya berpikir di awal.
Kenaifan dan kekurangpengetahuan membuat persepsi seringkali menjadi salah, meski sebelum ke Hongkong saya sudah mengetahui betapa hebatnya mereka dalam menuangkan tulisannya, baik dari buku mau pun koran termasuk di Kompas. Namun setelah saya melihat langsung ternyata kehebatan mereka sebetulnya memang luar biasa, patut ditiru.
Saya bahkan mengatakan pada Pipiet Senja sebetulnya tidak hanya kita yang berbagi ilmu ke pada mereka tetapi mereka sesungguhnya yang secara tidak sadar telah memberi ilmu kepada kami. Pengalaman hidup mereka yang luar biasa telah menjadi inspirasi bagi kita terutama Pipiet Senja.
Itu pula sebabnya agar  workshop ini tidak sia-sia yang tertinggal di workshop saja, sebagaimana workshop yang diselenggarakan banyak organisasi bahkan pemerintah, maka Pipiet Senja dan kawan-kawan mencoba memotivasi para nakerwan yang hobi menulis untuk melahirkan sebuah buku.
Lalu membuat surat kepada Presiden. ini diperlombakan lho. Surat Untuk Presiden mungkin sebuah surat yang akan menjadi sesuatu yang menarik karena berisi masalah-masalah Nakerwan akan tergali dalam. Mereka sendiri yang mengalami, mereka yang merasakan pahit getirnya selama di Hongkong, dan tentu saja mereka berharap ada jalan keluar ketika permasalahan itu tidak berada di dalam diri mereka.
Sebuah kebijakan mungkin akan lahir oleh pemerintah dalam merubah nasib mereka. Mereka sudah memperkuat diri dengan keterampilan dan pengetahuan, sekarang bagaimana kita terutama pemerintah mau meningkatkan kepedulian mereka, agar tidak ada lagi ketidakadilan muncul bagi BMI kita. Tuan Presiden tunggu surat-surat mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H