Mama memang banyak mengomel dan mencaci. Karena itulah, Roy sempat malas pulang ke rumah. Dia memilih kecantol sama pacarnya. Roy tahu persis orang tuanya pasti tak akan setuju dengan perempuan itu, karena itu Roy tak pernah memberi tahu orang tuanya bahwa ia punya pacar. Pamit pada papa mama untuk kerja pagi, siang, malam. Beralasan bosnya pekerja keras dan minta di temani cangkruk atau makan di larut malam. “Kejar jualan, customer mau ketemu jam 11 malam”, katanya dulu menyampaikan alasan lainnya. Mamanya yang peka berkali curiga. Lagipula Ibu mana yang bisa dibohongi anaknya? 9 bulan di kandungan dan mengasuh mulai dari bayi hingga anaknya besar membuat rata-rata ibu begitu mengenal angkanya dengan dekat. Tak segampang itu mengibuli seorang Ibu.
Roy sedang cinta buta dengan perempuan yang dirahasiakannya. Berkali pula mamanya tanya, “Punya pacar ta kamu? kok pulang malam-malam?” “Kamu sekarang jarang di rumah, kapan mau masak buat mama lagi?” Karena sudah curiga mamanya pun berkali-kali berpesan: “Kalo cari pacar cari yang se-iman, kalo bisa se-suku, supaya kamu nikah ngga repot, ngga banyak perbedaan”. Tapi Roy tak pernah menjawab pertanyaan mamanya. Malah bilang mamanya kepo: “ini urusan kantor, Ma. Apaan seh? Tanya tanya terus? Buat aku malas di rumah” sahutnya ketus.
Pada masa Roy jarang di rumah itu lah, kanker menggerogoti tubuh mamanya. Mulai dari payudara kanan. Dengan lekas menyebar ke payudara kiri, menyebar ke tulang punggung, menjalar ke ketiak, kelenjar getah bening. Tubuh mamanya bengkak sehingga cairan tubuh tidak mengalir lancar malah masuk ke paru. Beban pikiran mama mengkhawatirkan anaknya tak membuat kedaan lebih baik. Satu tahun Roy berpacaran sembunyi-sembunyi, satu tahun Roy berkelit dari papa mama, satu tahun pula sel kanker menggerogoti tubuh mama.
14 Februari tahun lalu, di saat Roy berkencan valentine, di saat itu lah mama menghabiskan nafasnya yang sudah pendek-pendek. Dia pikir mama masih punya waktu. Dia pikir, mamanya akan sembuh. Dia pikir, suatu saat nanti bisa masak lagi untuk mamanya. Sayang, hanya dalam pikir nya. Tak seperti itu kehendak pencipta.
Setelah makan, cie-cie memberesi peralatan makan. Roy duduk di sofa, memegang smartphone yang dari tadi tak disentuhnya. Membuka bbm, update status: “I Love you, Ma. I Miss you”.
----------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H