Jika “ora edan, ora keduman” dari Jawa,
diIndonesiakan menjadi “tidak edan, tidak dapat bagian”,
lalu dicoba untuk dimengerti apa rentetannya,
maka
ada yang benar-benar telah jadi edan dan ia pun dapat bagian
ada yang benar-benar telah jadi edan tapi hanya menggigit jari karena tidak dapat bagian
ada yang tidak edan namun hanya mengelus dada karena tak dapat bagian
ada yang tak edan, ikhlas meski tak dapat bagian
ada yang pura-pura edan, dapat bagian lalu dibagikan kepada korban keedanan
ada yang membagi-bagikan keedanan melalui ceramah dan pelatihan
ada yang mengajar ketidakedanan
wooooo semua tak luput dari edan
woo semua kecipratan edan
Lantas mengapa jaman edan menjadi masalah ?
Bukankah tinggal memilih :
benar-benar edan,
ataukah tidak edan,
ataukah pura-pura edan,
ataukah mengajarkan ketidakedanan ?
(Sastrawan Batangan, 6/11/1996-22/2/2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H