Mohon tunggu...
Sastrawan Batangan
Sastrawan Batangan Mohon Tunggu... -

Sastrawan Batangan, yang lahir di Surabaya, pernah mukim di Surabaya, Malang, Bogor, Jakarta, Depok dan Cibinong. Hobi waktu senggangnya antara lain adalah membaca berbagai tulisan tentang kehidupan serta menulis puisi, artikel dan cerita berbasis makna hidup dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Idealisme Ayam Panggang

5 Mei 2015   06:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:22 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Idealisme itu diperlukan dalam hidup, “ Kata Jon Balekon kepada saya suatu saat ketika saya dan dia membahas berita seorang doktor ahli ekonomi yang keluar dari jabatannya sebagai pengajar lalu berpolitik.

“Tanpa idealisme, “ lanjut Jon Balekon, “sosok manusia bukan lagi manusia. Tanpa idealisme, manusia sudah mati karena tidak punya gairah. Tanpa idealisme dunia tidak gemerlapan dibanjiri lampu, dibanjiri aneka warna mobil, beragam kesemarakan. Tanpa idealisme kemiskinan tidak bisa dikurangi, kebodohan tidak bisa dibasmi, penyakit tidak bisa diatasi. Tanpa idealisme para perintis dan pelopor kemerdekaan, tidak mungkin bumi Indonesia dibebaskan dari belenggu penjajah. Tanpa idelaisme para generasi berikutnya, Bangsa Indonesia mungkin masih harus hidup dengan inflasi di atas 100% saat zaman akhir rezim Soekarno tahun 1960-an".

"Ooooo begitu...lalu apakah saya perlu juga sekolah politik, Jon ? " Tanya saya pura-pura bloon.

"Haaaa...haaaa....," Jon Balekon tertawa mengakak, lalu katanya : "Jangan salah persepsi, idealisme itu tidak identik dengan harus bersikap keras. Tidak selalu harus berpolitik dengan cara memasuki lembaga politik. Sebaliknya idealisme yang perlu dikembangkan adalah idealisme yang mengarah kepada kestabilan yang berkembang....”

“Bahasa kerennya,” tambah Jon, “ adalah stability in enthropy. Maksudnya adalah terus berinisiatif untuk memajukan diri dan lingkungan sambil terus menjaga kestabilan. Justru jangan sampai kestabilan dirusak karena idealisme. Bukan malah maju tetapi malah menjadikan huru hara."

"Apa nama idealisme seperti itu, Jon ? " Tanya saya.

Jon dengan tangkas lagi-lagi menjawab, "Kalau memberi nama sih gampang. Bangsa kita paling kampiun dalam soal istilah, dalam soal memberi nama. Khusus untuk idealisme yang saya maksud itu, saya beri nama 'idealisme totalitas lemah lembut'. Sebab idealisme bisa dilakukan dengan lemah lembut, selembut ibu yang meninabobokan anak yang berada di gendongannya. Idealisme tidak selalu harus tampil di depan sebagai pemimpin yang berteriak-teriak heroik. Idealisme bisa dilakukan dengan cara menjadi bawahan yang efektif dan efisien. Idealisme bisa dilaksanakan sambil makan ayam panggang..... Itulah idealisme yang menggunakan akal. "

"Ooooooo...." kata saya.

Jon cemberut sambil mengkritik, "Jangan oooo saja Mas.....Kita mesti mulai sekarang menegakkan idealisme...".

“Oke Jon, “ saya menjawab dengan malu.

Ya, saya malu sebab saya masih suka berlaku kasar dan emosional dalam memperjuangkan suatu cita-cita. Saya masih kalah jauh dengan 'idealisme' versi Jon Balekon.

Malang, 5-5-2015

(SB19951222)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun