“Itu lho pak, bagian bawah kita akan terasa perih kalau menahan pipis. Berarti ada peringatan dini kalau kita sudah kelebihan beban, ” jawab Jon Balekon.
“He…he…..benar….coba bayangkan bagaimana akibatnya kalau tidak ada rasa perih saat menahan beban…tentu kelebihan beban itu akan menjadi penyakit. Atau bisa jadi ngompol begitu saja di sembarang tempat ..... Jadi tak ada kelegaan ... yang terjadi adalah penyakit atau malu karena ngompol......…ha…ha…..., “ kata si bapak tua.
“Ya pak, nyambung kan pemahaman kita ? “
“Ya...nyambung”
“Jadi simpulannya, kalau boleh saya simpulkan, alangkah senangnya kalau bisa kita memberikan sesuatu kepada orang lain seperti halnya buang pipis. Menjadi lega sehabis memberikan..... Tapi omong-omong rambut bagian bawah bapak koq masih hitam....." kata jon Balekon yang biasa jahil setelah merasa dirinya akrab dengan orang yang berbincang dengannya.
"Weee lha kojur.... Mas suka ngintip rambut orang ya..?" kata si bapak sambil menoleh.
“Enggak pak..iseng saja ......... Maaf...sekalian terima kasih. Mudah-mudahan lain kali kita bisa ketemu di tempat dan waktu yang sama..........hehehe, “ kata Jon Balekon. Ia lalu beranjak ke luar toilet. Lega banget dia. Lega bisa pipis, lega bisa ngeledek, dan lega bisa menyimpulkan filosofi ‘lega pipis’.
Bogor, 28-3-2015
(SSJB-1/19951224-20150328/kompasiana/ cermin)
Sumber foto : merdeka.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H