“Hai anakku,
tidak semua fakta yang kau temukan
perlu kau jadikan berita,
karena bisa-bisa menggelegakkan nafsu,
lantas menyulut sengketa”
“Apakah semua berita yang tersiar itu
adalah fakta, bapakku ?”
“Tak semua berita yang tersiar adalah fakta, anakku.
Waspadalah karena ada yang bukan fakta dijadikan berita.
Tetapi yang lebih penting dari itu semua,
jadilah kamu dewasa
dalam melihat, mendengar dan mengemas fakta
untuk dijadikan berita.
Agar tak ada korban meski berita yang ada adalah fakta".
“Maaf bapakku,
baru saja jenggot bapak,
yang bapak elus-elus itu
copot beberapa helai.
Apakah fakta tu bisa dijadikan berita untuk ibu ?”
“Silahkan saja anakku
kalau menurutmu perlu..
Namun perlu kau tahu,
yang sebenarnya ibumu tunggu
adalah berita tentang adakah jamu
yang mampu membuat otot bapakmu
selalu sekuat gatotkaca”
(Sastrawan Batangan, 7-10-1996/28-2-2015).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H